Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               "Loh kenapa Ra? Nggapapa kali Ra."     

          "Gausah aja daripada nanti chatnya ngga pernah aku bales malah kasian wkwkk."

          "Jahat kamu Ra."

          "Biarin. Pokoknya jangan dikasih. Titik."

          "Yaudah."

          Nara sedang tidak ingin memikirkan soal cinta. Alasannya sangat klasik. Ia ingin fokus belajar untuk meraih cita-citanya. Nara tidak peduli temannya mengatakan dia sok atau apapun itu, karena dia memang ingin benar-benar fokus. Nara ingin memperbaiki nasib keluarganya agar bisa jauh lebih baik dari sekarang, juga agar keluarganya tidak dipandang sebelah mata oleh keluarga besarnya. Selama ini keluarga besar Nara memang memandang sebelah mata keluarga Nara. Bagaimana tidak, keluarga besar Nara kebanyakan pengusaha sukses. Mereka selalu meremehkan keluarga Nara yang bisnisnya sedang tidak berjalan baik. Bahkan ketika keluarga Nara sangat membutuhkan uang, tidak satupun yang mau meminjami karena takut keluarga Nara tidak bisa mengembalikannya. Itu sangat membuat Nara dan keluarganya sakit hati dan sampai akhirnya Nara menanamkan dalam hatinya kalau ia harus sukses.

          Nara ingin keluarganya tidak dipandang sebelah mata lagi, juga agar dimasa tua orang tua Nara nanti, mereka bisa menikmatinya dengan kebahagiaan. Tidak lagi bekerja keras untuk Nara dan kakaknya. Saat ini keadaan keluarga Nara semakin tidak baik. Orang tuanya sering bertengkar karena hal sepele. Mungkin pikiran mereka juga lelah berpikir dan bekerja terlalu keras demi keluarga. Nara sering menangis di kamar. Ia tidak tahu lagi kenapa keadaan keluarganya bisa seburuk ini. Tapi ini jadi pemompa semangat Nara untuk terus semangat Nara ingin membuat mereka bangga. Nara yakin kehidupan berat yang dihadapi Nara sekarang membuatnya menjadi orang  lebih kuat kelak dimasa yang akan datang.

          Bukannya Nara tidak bisa merasakan cinta. Ia hanya tidak mau cinta itu tumbuh diwaktu yang belum dirasanya tepat. Nara merasa belum saatnya untuk menanggapi perasaannya. Memang itu tidak mudah. Nara harus menyimpan perasaanya, tidak mengungkapkan, bahkan ia harus berusaha menghilangkan perasaannya. Itu ia lakukan agar tidak mengganggu fokusnya. Disaat orang lain merasa sedih,susah karena masalah percintaan, tidak bagi Nara. Nara merasa hidupnya tidak bahagia karena tekanan hidupnya. Itu sudah cukup bagi Nara. Ia tidak mau menambah masalah dihidupnya dengan persoalan cinta monyet yang menurutnya hanya akan sia-sia.

          Hari ini kelas Nara diberi tugas biologi karena gurunya berhalangan hadir. Mereka disuruh ke perpustakaan untuk membaca buku biologi setelah itu  minggu depan mereka harus menjelaskan apa yang telah dibaca. Setelah menemukan bukunya, Nara dan teman-temannya kemudian mencari tempat duduk. Hanya tersisa satu barisan tempat duduk disebelah Tantra. Nara duduk disebelah Tantra karena teman-temannya sudah menduduki kursi yang lain. Hening suasana perpus. Mereka fokus membaca buku masing-masing.

          “Kok kamu niat banget gitu sih, Ra? Sampe dibaca detail gitu.”Tantra memecah keheningan diantara mereka.

          “Ya mau gimana lagi orang tugas. Mau ngga dapet nilai?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun