"Haha. Wahyu, ringankanlah langkahku. Tenanglah, tak perlu cemas. Meski jauh, kita masih bisa komunikasi. Via sosial media, Bunda masih akan berbagi cerita, dan kamu bebas membacanya."
Sebisa mungkin air mata kukuatkan. Namun tak urung, perasaanku tetap berjatuhan, seperti kelereng, bergelindingan ke lantai, ke kolong lemari, kursi, dan meja. Terlalu dalam akar pohon itu tertanam, maka saat dicabut, bumi sekitarnya pecah terguncang. Setelah sekian lama menjadi bagian hidupku dengan kasih sayangnya, sekarang Bunda akan menghilang dari mata.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!