Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kenanga

27 November 2017   22:38 Diperbarui: 27 November 2017   23:31 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayah ada?"

Tuut! Tuut! Telfon ditutup. Aku heran. Tak biasanya Bunda menutup telfon dengan cara itu.

Sampai ke rumah, barulah semuanya jelas: ayahku meninggal.

Serangan jantung.

Tak perlu kuceritakan sebabnya. Sudah sangat umum, hidup seorang perokok harus siap dengan kematian mendadak.

Dan, supaya kisah ini tidak terlalu panjang, kesedihan tak perlu kulukiskan banyak. Sekedar satu dua tetes air mata itu wajar. Maklum, segala rencana kata yang tadi kususun sepanjang jalan langsung menguap.

"Wahyu!" kata Bunda lima bulan kemudian.

"Bunda punya sepupu, dia perempuan. Masih kuliah jurusan agama, semester empat, tapi sudah siap menikah. Bunda bermaksud menjodohkanmu dengannya. Mungkin tidak secantik wanita teman-teman sekampusmu di kota, karena dia gadis sederhana, orang desa, tapi Bunda yakin, setelah menikah, dia akan menjadi istri yang sangat kamu sayang."

Mendengar itu aku hanya mengangguk, tak bisa menolak. Tidak juga minta waktu untuk melakukan pertimbangan. Anggukanku anggukan menerima, bahkan misal pun wanita yang bunda tawarkan itu jauh di bawah sederhana, akan kuterima tanpa berpikir panjang. Mungkin, karena tingkat percayaku pada Bunda sudah terlalu besar.

"Menikahlah dengannya. Semua biaya telah siap. Bunda punya tabungan. Kamu tinggal datang ke rumahnya, mengajukan lamaran, nanti Bunda antar, dan jangan menunggu waktu lama, dua minggu kemudian acara harus sudah beres. Setelah menikah, kalian tinggali rumah ini, rawat, berdua."

"Berdua?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun