Ringtone handphone.
Kuangkat. Tertera sebuah nama.
"Halo! Bunda! Alhamdulillah, aku lulus, tesisku lolos, terima kasih Bunda. Ini semua atas... "
Tiada sahutan. Kudengarkan di sana, suasana berisik.
"Bunda, halo!?"
"Ya, halo! Syukurlah, Bunda bahagia. Bahagiaa sekali..."
Suara itu serak. Mungkin Bunda haru, anak tirinya yang dulu sabar diasuhnya kini telah sukses. Pasti seterusnya dia akan bertanya ini itu, tentang rencana ke depannya, akan kerja di mana, atau mau kembali mengambil beasiswa meneruskan strata tiga. Tapi senyap, Bunda tetap diam.
"Halo Bunda,"
"Ya."
"Kenapa Bunda diam? Tak biasanya. Itu ramai sekali di sana, banyak orang, Bunda sedang di mana?"
"Di rumah. Syukurlah kamu dalam perjalanan pulang, hati-hati ya." Tetap dengan suara serak basah.