"Udah kamu sekarang mandi dulu terus makan, bunda udah masak tuh" ucap bunda sambil mengusap hijab anak bungsu nya.
   "T-tapi bun handphone aku.. itu hadiah dari nenek" jawab Jihan sambil menekuk wajahnya.
   "Gak apa-apa, namanya juga musibah dek, ikhlas kan saja" saran bunda sambil menenangkan putri bungsu nya.
   "Senyum dong, nanti ayah juga bakal beliin yang baru" hibur Bian melihat sang adik yang masih saja menekuk wajahnya.
   "Iya tuh, ntar punya kamu bakal lebih bagus dari punya abang" ujar Kala sambil menunjukkan handphone miliknya yang layarnya sudah mirip ayam geprek.
   "Hehe, iya juga ya. Nanti aku bisa pamer sama abang" ledek Jihan sambil menyeringai kepada Kala, bukan tanpa alasan lantaran abang nya itu sudah berulang kali meminta handphone baru kepada ayah, tapi tidak juga dibelikan. Kala ini kalau handphone nya tidak hilang ya pasti cepat rusak, hal ini yang membuat ayah malas memberikan yang baru.
   "Et dah, dasar bocah!" cecar Kala sambil melempar bantal sofa ke arah Jihan yang sudah lebih dulu berlari menaiki anak tangga.
   Bunda dan yang lainnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan si bungsu. Beginilah keseharian keluarga mereka, tidak diajarkan untuk sedih atau marah berlarut-larut, pasti ada saja salah satu dari mereka yang mencairkan suasana.
---
   Bagai petir di siang bolong, bunda tiba-tiba bilang bahwa ia harus pergi ke luar kota untuk menemani ayah yang memiliki jadwal dinas luar, terlebih lagi mereka akan meninggalkan rumah selama satu minggu.
   Bisa dibayangkan bagaimana kacau nya rumah nanti, dari mulai bangun sampai tidur kembali mereka harus melakukan semuanya sendiri. Kalau mereka gampang diatur sih tidak masalah, tapi tau sendiri kan bagaimana kelakuan adik-adik Shaka ini?
   Shaka yang saat itu baru pulang dari kampus langsung melemas mendengar kabar bahwa bunda akan menemani ayah dinas selama satu minggu. Sudah terbayang bagaimana keadaan rumah nanti saat bunda tidak ada.