Agus menyambung tidurnya. Beberapa saat kemudian Mak Angkrih meluruskan badannya di atas kasur yang dibelinya semasa almarhum suaminya masih hidup.
***
Rasudin, bungsu Mak Angkrih ditinggalkan istrinya. Dia kecolongan, perempuan cantik kepincut tukang bank keliling. Seringnya bertemu saat Rasudin tak ada di rumah membuka peluang keduanya untuk menjalin asmara terlarang.
Rasudin tidak berdaya. Dia nyaris saja bunuh diri karena prustasi. Agus yang masih berumur dua tahun ketika itu dititipkan pada Mak Angkrih. Selanjutnya nasib naas menimpa Rasudin kembali. Kecelakaan kareta api yang ditumpanginya turut merenggut nyawanya. Sebulan kemudian, suami Mak Angkrih tutup usia akibat tetanus. Praktis, segala urusan Agus menjadi beban Mak Angkrih. Hanya dengan cara menganyam tudunglah Mak Angkrih menghidupi dirinya dan Agus. Siang-malam kegiatannya hanya terfokus untuk menghasilkan rangkai, rangka tudung. Â Dari mulai menebang bambu, memotong, menyuir dan meraut, hingga menganyam dilakukannya sendiri. Agus tidak bisa diandalkan untuk membantunya. Hanya sekali-sekali saja dia turun tangan. Mak Angkrih selalu menyuruhnya belajar bersunguh-sungguh agar prestasi belajarnya baik. Hasilnya, prestasi belajarnya Agus selalu berada di peringkat lima besar pada angkatannya.
***
Kabar bahwa Agus diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui jalur undangan mengejutkan Mak Angkrih sekaligus membahagiakannya. Agus merupakan siswa yang nilai rapornya terbilang tinggi pada semester pertama sampai kelima, sehingga terpilih untuk diusulkan mengikuti seleksi masuk IPB melalui jalur undangan.
"Alhamdulillah!" Â Mak Angkrih bersyukur. Tangannya menengadah lalu mengusap wajahnya disambung dengan sujud syukur dalam beberapa detik.
"Terima kasih cucuku, kamu membuat aku bangga."
"Iya Nek. Ini berkat doa dan dukungan nenek juga."
Sesaat Mak Angkrih terdiam.
"Walaupun berstatus negeri biaya kuliahnya tetap mahal Nek. Tidak harus diambil kok Nek. Â Kalau sekarang tidak cukup biaya, aku kuliah bisa kapan-kapan saja, bisa juga di kampus swasta yang biayanya lebih murah. Mungkin aku akan mencari pekerjaan dulu, atau jadi driver ojek online." Â Agus mengira Mak Angkrih keberatan jika harus membiayainya.