"Kata Guru Bakri, kalau belajar di kelas harus banyak bertanya kepada guru. Kalau guru bertanya harus dijawab. Jangan diam saja. Belajar itu harus berpikir kritis supaya ilmunya bisa diperoleh. Kamu di kelas bagaimana Gus?"
"Jangan ditanya Mak. Aku yang paling aktif bertanya dan  menjawab pertanyaan guru. Pernah aku dimarahi teman-teman gara-gara kebanyakan bertanya."
"Bagus kalau begitu, berarti kamu pintar. Aku mau kau sekolah yang tinggi, biar nanti jadi pegawai negeri, di masa tua punya pensiun. Enak, kayak almarhum Si Amsar. Tukang sapu dia, di Jakarta. Begitu pensiun, tiap bulan tinggal ambil gaji pensiun. Sekarang gajinya turun ke istrinya, Si Nemah."
"Sekarang untuk jadi pegawai sulit Mak."
"Tentu sulit Gus. Persainganya ketat. Orang banyak yang mau. Tapi kamu cerdas Gus, pasti bisa."
"Insya Allah Mak."
"Pegawai itu harus punya keahlian. Nanti kamu mau jadi ahli apa Gus?"
"Pertanian, Mak."
"Lahan pertanian, sawah dan ladang, di kampung ini telah habis Gus, berubah jadi perumahan. Pekarangan, siapa yang punya pekarangan luas? Sudah tidak ada."
"Sekarang bertani tidak selalu harus di sawah atau di ladang, Mak."
"Kalau bisa di kantor, kamu pilih kerja di kantor Gus."