"Apalah yang bisa kuanyam selain tudung, Marni?" Mak Angkrih senyum-senyum seraya menyuir-nyuir bilahan bambu bahan anyaman tudung.
Marni pun tersenyum pula. "Kapan tengkulak datang lagi Mak?"
"Yang mana, Si Sapri? Entahlah. Mungkin dia berhenti dagang tudungnya. Kabarnya dia usaha jual-beli sepeda motor bekas."
"Wah hebat, Mak?"
"Hebat. Ada utang sama kamu?"
"Dua puluh lima rangkai tudung saya belum dibayar."
"Sejak kapan?"
"Setahun lalu, Mak."
"Cukup lama. Sudah kau tagih?"
"Sudah bosan, Mak. Dia mengaku lagi bangkrut. Selalu begitu."
"Coba lagi, siapa tahu dibayar, sekarang sedang maju usahanya."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!