"Bu, biarlah anak kita berteman dulu." Nada bicara Mak Saodah merendah. "Kita punya permasalahan yang sama. Kita hanya bisa ikhtiar agar anak kita mendapatkan jalan hidup yang baik."
"Mungkin kesamaan inilah yang menjadikan sebab anak kita berjodoh."
"Saya juga berpikir begitu. Mana ada orang normal yang mau dengan anak seperti ini. Masalah keturunannya nanti, itu urusan yang mahakuasa."
Sepulangnya Mak Saodah dan Icih, dia terus didesak agar mau menerima tawaran menikah.Â
"Pokok gak mau kawin!"
"Nak, kasihanlah sama emak. Nanti kalau emak mati, kamu tinggal dengan siapa?"
"Emak jangan mati. Kalau emak mati, aku juga mau mati."
"Kamu masih muda, emak sudah tua. Yang tua mati duluan, ngerti? Kawin sama Icih mau ya Nak!"
Dia tidak bergeming.
"Sekarang tak ada lagi waktu. Kamu harus kawin!"
"Aku mau dagang saja."