Sebagian pedagang pasar mengenalnya dengan baik. Mereka tak segan memberinya uang seribu rupiah ketika Piyu masih suka meminta. Namun sejak mulai bisa berdagang dia kerap menolak jika diberi uang. Malu, katanya. Â Kemauannya bekerja menjadi perhatian banyak orang yang mengenalnya.
 "Piyu, ini sudah Abang siapkan daganganmu." Sapri menyambutnya.
"Duitnya?"
"Perhitungannya nanti saja kalau sudah terjual."
Pandangannya mencari-cari ke beberapa arah. "Ada emak gak?"
"Memang kenapa menanyakan emak?"
"Aku gak mau kawin?"
"Kawin sama siapa, sama kambing?"
"Sama olang dong! Cewek. Tapi aku gak mau. Jelek. Aku mau dagang saja bial untung, mau beli maltabak buat emak."
"Piyu, kawin itu enak."
"He, gak enak kalo jelek."