"Bagaimana Pak, diterima?" sambut istrinya begitu Pak Rofik tiba di rumah.
Pak Rofik menghela napas. "Boleh saya minta minum dulu?"
Dengan senang hati istrinya segera mengambilkan air minum. "Lima ratus ribuuuuu! Diterima yah?"
Pak Rofik minum. "Belum. Kepala sekolahnya tidak masuk, mungkin ada urusan dinas."
"Jahhhhh. Tapi masih ada waktu."
"Jangan terlalu berharap, masih banyak jalan lain untuk memperoleh rezeki."
"Kalau uangnya nanti kita belikan perhiasan, bagaimana Pak? Hitung-hitung sebagai kenang-kenangan."
"Terserah."
"Hmmm."
Hari terus berganti. Tak ada upaya Pak Rofik untuk menemui kepala sekolah di ruangannya. Sebuah map hijau berisi berkas fotokopi ijazah dan NEM atas nama Mariana Lestarini  dibiarkannya berada di atas meja kerjanya di ruang guru. Sebelum hari kedatangan Pak Dirham map itu dibawanya pulang untuk dikembalikan.
Esok harinya, hujan tengah malam menyisakan genangan kecil di mana-mana. Jalan masuk ke rumah Pak Rofik basah. Mobil Pak Dirham berhenti di depan rumah Pak Rofik. Kali ini Pak Dirham datang sendiri, tanpa ditemani Ricky.