"Iya, Pak. Maaf Pak, saya ngajak bapak ini. Ada perlu dengan bapak katanya."
"O ya, tidak apa-apa. Lama nunggu yah. Bapak habis takziah, saudara istri yang meninggal. Mari masuk!"
Semua duduk di ruang tamu. "Ada perlu apa Ricky?"
"Sekali lagi saya minta maaf Pak. Saya mengajak bapak Dirham. Dia meminta saya mengantarkan. Barangkali bapak bisa membantu." Dengan isyarat tangan Ricky mempersilakan orang yang diantarnya untuk bicara.
"Saya Pak Dirham, wali murid Pak. Mohon maaf jika mengganggu. Begini Pak, anak saya sudah diterima di sekolah kejuruan, tapi kemudian minta pindah ke SMA. Maksud saya datang ke bapak untuk meminta bantuan supaya anak saya bisa pindah ke sekolah bapak."
"O begitu."
"Nilai ebtanas murninya memang kecil, 29 koma sekian. Katanya di SMA tempat bapak mengajar 33 lebih. Saya menyadari hal itu. Itu sebabnya saya minta bantuan bapak. Saya akan kasih bapak lima ratus ribu."
"Waduh, mohon maaf Pak, mungkin bapak salah orang. Saya cuma guru biasa Pak, guru honor. Yang jadi panitia guru-guru PNS senior, tapi kepanitiaannya sekarang sudah dibubarkan. Apalagi ini, pembelajaran sudah berlangsung tiga bulan lebih."
"Maksud saya, terserah bapak bagaimanalah caranya supaya anak saya diterima."
"Bagaimana pak yah, atau sebaiknya bapak datang langsung saya ke kepala sekolah karena keputusan tertinggi pasti ada di kepala sekolah."
"Kalau prosedur resmi seperti itu saya juga tahu, maksud saya saya minta tolong bapak agar bapak mengusahakannya. Kalau bapak yang menghadap ke kepala sekolah mungkin akan besar kemungkinannya anak saya diterima, tanpa saya harus repot-repot menemuinya.