Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Honorer

5 Oktober 2022   13:22 Diperbarui: 5 Oktober 2022   15:05 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesusah apa? Keadaan kita jauh lebih susah ketika si Deden butuh susu formula yang harganya gak pernah turun. Buat beli beras juga kita sering kesulitan. Kalau bapak terima uang dari bapak yang tadi itu setidaknya beban keluarga kita jadi sedikit lebih ringan. Uang segitu lumayan bukan?"

"Masalahnya begini bu. Masa pendaftaran sudah lewat, sudah tutup, pembelajaran sudah berjalan, dan NEM-nya di bawah standar. Kalau anaknya diterima itu menyalahi aturan, nyogok namanya, dan kita makan uang sogok, lagi pula belum tentu kepala sekolah mau menerima anaknya. Kepala sekolah juga tidak mau rahasia menerima sogoknya diketahui orang lain."

"Kan bukan bapak yang minta. Halal bukan?"

"Hm halal dari Hongkong!"

"Yang penting bapak tidak meminta paksa."

"Tidaklah, aku tidak mau."

"Bodoh bapak ini. Orang lain mencari-cari duit gituan, ini sekalinya mau dikasih, menolak. Pokoknya, besok bapak temui saja kepala sekolah di ruangannya. Bilang saja apa adanya."

"Ya, besok akan saya usahakan." Pak Rofik enggan berdebat lebih banyak.

"Bagus begitu, jangan menyerah sebelum berusaha. Kita butuh duit untuk kebutuhan sehari-hari."

Banyaknya siswa titipan atau yang masuk melalui "jalan tikus" telah diperbincangkan guru-guru yang tidak pernah terlibat. Jumlah siswa yang melebihi kafasitas dan banyaknya siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata karena tidak melalui seleksi berakibat pada rendahnya kualitas pembelajaran di kelas. Kelas cenderung berisik. Guru tidak dapat memaksimalkan kinerjanya. Hal itu dirasakan juga oleh Pak Rofik. Ketika menjelaskan materi pelajaran dia kerap percuma melontarkan pertanyaan karena dia pula yang harus menjawabnya. Metode tanya jawab tidak bisa dia diterapkan. Namun meskipun begitu dia terus berupaya memaksimalkan proses pembelajarannya.

Soal titipan Pak  Dirham dengan iming-iming imbalan uang lima ratus ribu, sebenarnya Pak Rofik bukan enggan atau takut menghadap ke kepala sekolah, tapi lebih kepada menjaga idealisme. Dia ingin mencegah terjadinya kecurangan. Hanya itu yang dia bisa. Yang dia tahu, seperti dalam obrolan beberapa guru, kepala sekolahnya termasuk orang yang doyan menerima uang sogokan dari orang tua siswa yang masuk menyalahi prosedur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun