Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Jin

7 November 2021   08:40 Diperbarui: 7 November 2021   23:07 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Minyaknya harus dibeli dulu Bos untuk ritual menyempurnakan uang itu."

 "Nih lima belas dulu, saya mau bukti. Kalau sudah terbukti bakal saya lunasi."

Suryanto menerima uang lima belas juta. "Waduh, kurang Bos."

"Dicoba dulu, siapa tahu bisa."

 Suryanto berpamitan untuk mengantarkan uang itu kepada ibu ratu dengan ojek motor.

Sejujurnya, aku belum juga tahu siapa yang dimaksud dengan ibu ratu. Suryanto enggan menyebutkannya. Katanya, namanya tidak boleh disebut. Aku hanya membayangkan bahwa ibu ratu itu perempuan tua berilmu tinggi yang selalu duduk di singgasana, semacam singgasana kerajaan yang pernah aku lihat di film-film, adanya di hutan belantara atau di bawah laut.

Baru beberapa jam Haji Amsar tak sabar ingin segera mendapat kabar dari Suryanto, sedangkan Suryanto tak kunjung datang. Pada hari ketiga Haji Amsar memilih pulang dengan mobil pribadinya. Teman-temanku pun memaksa ikut pulang. Haji Amsar gagal melarany mereka. Tinggallah aku berdua dengan Haji Sakum dan sebuah mobil APV sewaan. Kami mencoba untuk bertahan sampai Suryanto kembali.

Berkali-kali kami meneleponnya, tapi tak ada jawaban. Ponselnya dimatikan. Persediaan uang kami habis, tak ada uang untuk ongkos pulang. Pak Kuncen tak bisa dimintai uang. Kami berinisiatif mencari keluarga Suryanto untuk meminjam uang. Atas petunjuk Pak Kuncen bertemulah kami dengan adiknya. Aku meminta pinjaman uang lima ratus ribu, tapi dia hanya sanggup menyediakan tiga ratus ribu. Aku katakan bahwa nanti yang membayar Suryanto.

Esok harinya, hari kesepuluh, Suryanto menelepon. Dia meminta agar kami segera berangkat ke Cikampek. Jaraknya lebih dari seratus empat puluh kilometer. Katanya, dia menunggu di warung Padang dekat pom bensin.

Walaupun sedikit, harapan untuk mendapatkan uang jin dari Suryanto masih ada. Kami pun segera tancap gas. Tiba di kawasan Cikampek, kami mencari-cari  pom bensin dekat warung Padang tapi tak ada. Akhirnya kami berhenti di dekat pom bensin yang di seberangnya ada warteg.

Berkali-kali kami menelepon Suryanto, tapi tak ada jawaban. Ponselnya tidak aktif. "Lagi-lagi kita dikerjai Suryanto, Pak Haji."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun