"Sabar Pak Misnan, ini ujian." Haji Sakum mencoba menenangkan kegelisahanku.
"Sekarang apa yang kita harapkan dari Suryanto?"
"Tentu saja seperti yang dia janjikan. Uang."
"Uang jin?"
"Tentu saja uang asli, Pak Misnan."
"Lalu kalau begini kenyataannya, sebaiknya kita kembali ke Cirebon atau pulang ke Tangerang?"
Haji Sakum diam, aku pun bingung.
Karena kecapekan, kami beristirahat di mobil sambil rebahan. Kami ketiduran dengan perut kelaparan. Bunyi ketukan kaca mobil mengagetkanku. Dua orang laki-laki menghampiri. Kukira orang berniat jahat. Haji Sakum mengenal mereka, ternyata pemilik mobil. Aku terheran-heran, pemilik mobil bisa menemukan mobil yang dicarinya. Mungkin terpasang alat khusus di mobilnya. Sudah sepuluh hari mobilnya belum kembali juga uang sewanya belum dibayar.
Haji Sakum termaaf-maaf. "Kami ketipu. Uang sewa mobil juga belum bisa saya bayar sekarang."
Untung pemilik mobil memaklumi. "Tidak apa-apa. Yang penting mobilnya selamat."
"Alhamdulillah orangnya juga selamat Pak," aku mencetus.