"Maaf, Mba. Menggangu, ini bunga kiriman Julian." Kataku diiringi rasa terkejutku melihat sosok yang sedang terduduk di atas tempat tidur. Ya, Tuhan! Cantiknya!!! Pekikku dalam hati.
"Makasih," Jawabnya singkat sambil menerima bunga itu dan aku pun segera pergi.
"Eih, makasih..." Panggil Alena dan berterimakasih kepadaku.
"Oh, iya iya..." Jawabku ngasal dan berlalu, tapi lagi-lagi...
"Eih," Panggilnya. Aku menoleh dan memandanginya lagi. Lumayan bisa memandang wajahnya yang cantik itu.
"Ga bisa ya temani aku sebentar aja? Mulai dari kemaren aku sendiri di sini. Orangtuaku lagi sibuk kerja." Katanya dengan wajah memelas. Aku sedikit terkejut, gadis ini lugu atau manja sich? Ah, sama aja yak?
Aku melangkah sedikit dan tanpa disuruh aku duduk di kursi di sampingnya. Ku lihat Alena membaca kertas yang baru kutulisi tadi dengan senyuman.
"Hihi, bodoh!" Tawa Alena.
"Apa?"
"Gimana caranya Julian ngasih iini sama kamu? Pake merpati pos yah?" Alena cekikikan.
"Oalah," Aku hanya bisa menepuk jidat, ternyata dia mengetahui itu ulahku. Alena menggeleng-geleng kepala, makin aku lihat wajahnya makin banyak penilaianku. Tadi aku berpikir dia wanita cantik, kemudian wanita manja dan sekarang aku mulai berpikir di sepertinya sedikit dugal.