"Gak!"
"Untuk apa kau tetap merangkai kata-kata ini?"
"Kau Ge-Er sekali!" Jawabku ketus. Alena hanya diam kemudian mengumpuli kertas itu dan menyimpannya kembali. Aku pun langsung keluar dengan hati berdebar.
"Kau jahat sekali, padahal aku ingin mendengarnya..." Kata Alena tiba-tiba dan langkahku terhenti.
"Mendengarkan apa?" Tanyaku heran.
"Kau suka padaku?" Tanyanya lagi.
"Gakkk! Kurir bunga dan hanya kurir bunga... Thanks untuk segalanya tapi jangan salah sangka padaku." Kataku kemudian aku betul-betul berlalu.
***
Malam itu, sesak dadaku karena menyakiti hati seseorang yang sungguh sebenarnya aku menyukainya. Ditambah lagi saat mengantarkan bunga ke tempat yang lain aku kehujanan.
Besoknya aku tak menghantar bunga dan tak kuliah. Aku merindukannya... Alena... Ternyata dalam satu hari tak bertemu sesak di dada.
"Huft, istirahat sehari membuatku seperti orang hilang ingatan," Kataku pada teman sekerjaku. Kemudian aku segera berlalu dengan sepeda motor butuku. Di dalam hati aku berjanji untuk mengubah kejutekanku kemarin. Ya, aku tak mau dia menangis lagi.