Mohon tunggu...
ulfatul khasanah
ulfatul khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka melihat konten mukbang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

20 Desember 2024   02:21 Diperbarui: 20 Desember 2024   02:21 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di satu sisi, Anderson menekankan dalam studinya bahwa harus berhati-hati untuk menyimpulkan bahwa mobilitas sosial ke atas ditentukan oleh pendidikan formal saja. Studi komparatif menunjukkan bahwa banyak mobilitas sosial yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan sekolah di Swedia dan AS. Hal ini menunjukkan bahwa intelegensi dan dorongan merupakan komponen penting yang mempengaruhi mobilitas sosial. Kedua komponen ini tidak selalu ada hubungannya dengan pendidikan formal di sekolah.

Menurut uraian di atas, mobilitas sosial meningkat dengan tingkat pendidikan yang berfungsi, terutama bagi anak-anak dari golongan rendah dan menengah. Terlepas dari kenyataan bahwa pernyataan tersebut tidak selalu benar, terutama dalam kasus di mana pendidikan hanya sebatas madrasah aliyah dan tidak memiliki kemampuan untuk membantu mendapatkan ijazah. Pembaharuan pendidikan adalah perspektif baru dalam dunia pendidikan yang dimulai sebagai alternatif untuk memecahkan masalah pendidikan yang belum diatasi secara menyeluruh. Dengan demikian, pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah pendidikan saat ini dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih menjanjikan ke depan. Clark menjelaskan hubungan antara status sosial ekonomi dan pendidikan seseorang sebagai berikut.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat penghasilannya. Tidak dapat dipungkiri, pada umumnya karyawan dengan tamatan pendidikan SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi memiliki tingkat pendapatannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pendapatannya.

Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 25-34 tahun; tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun dan tamatan perguruan tinggi akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54 tahun.

Tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada usia tua mendapat hasil yang lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan sekolah menengah atas pada usia tua mendapat hasil yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika mereka mulai bekerja.

Pendapat Clark sejalan dengan pendapat Kuznet, yang menyatakan bahwa distribusi tingkat pendidikan terkait dengan distribusi pendapatan. Karena faktor tingkat pendidikan yang rendah, masyarakat kelas bawah cenderung memiliki distribusi pendapatan yang merata. Namun, jelas bahwa tidak semua orang mengalami atau memiliki korelasi antara tingkat pendidikan dan penghasilan yang disebutkan di atas; ketidaksesuaian tentu ada, seperti halnya masalah sosial lainnya. Sebagai contoh, menurut Musyarifah (2018), seorang anak yang berasal dari keluarga miskin atau kelompok miskin dapat pergi ke sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi karena profesionalisme pendidikan di sekolahkan. Dia menjadi pengusaha sukses yang meningkatkan status sosialnya setelah lulus, memiliki pengetahuan bisnis dan menggunakan pengetahuannya untuk berusaha.

Kesimpulan 

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh, makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan bagi mobilitas sosial.

Pada kenyataannya, di Indonesia masih ditemui adanya kesenjangan antara si kaya dan si miskin yang seringkali dikaitkan dengan prestasi akademik atau profesional seseorang. Fakta adanya ketimpangan sosial ini dipengaruhi akses seseorang untuk memperoleh pendidikan sebagai sarana utama untuk memperoleh mobilitas vertikal. Fungsi pen didikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial serta cara melakukan mobilitas sosial. Mengingat pentingnya pendidikan bagi masyarakat, sudah sepatutnya pemerintah dapat mengakomodasi pendidikan yang merata bagi seluruh warga negara Indonesia, agar memiliki kehidupan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun