Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (120): Tempat Keramat

29 Desember 2024   06:17 Diperbarui: 29 Desember 2024   06:17 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Kenapa?"

"Di situ tempat eyang biasa bersemedhi dan melatih ilmu, tidak ada yang boleh masuk ke sana. Kamar itu selalu dibiarkan gelap gulita, karena di situlah terletak sumur yang dihuni setan-setan. Aku saja baru tiga kali diperkenankan masuk. Keadaannya memang menyeramkan! Setan-setan itu yang membantu eyang memperdalam ilmu-ilmunya!"

"Terus kita sendiri tidur di mana?"

"Kita tidur di ruang tamu sambil jaga mereka!"

"Apa? Kalau begitu aku mau tidur di kamar sama mereka! Kamu saja yang di ruang tamu!"

Alya menggandeng Zulaikah keluar dari kamar. "Kami tidak apa-apa tinggal di kamar yang ada setannya itu!"

"Benarkah? Kamu tidak takut?" tanya Kencana.

"Tidak!"

Klebat dan Kencana saling bertukar pandang.

"Sebentar, saya punya cendera mata buat kalian!" kata Kencana sambil menunjukan barang yang ada di tangannya. "Ini tasbih terbuat dari emas tulen buat Alya. Ini patung kucing, juga terbuat dari emas buat adik kecil!"

Tidak lama kemudian mereka sudah berada di ruang yang terkenal angker dan sangat dikeramatkan itu. Ruangan yang hanya diterangi sebuah lilin di dekat altar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun