Halaman depan dilengkapi taman yang cukup asri. Di bagian teras terlihat meja dan kursi kayu unik, terbuat dari akar pohon jati tua. Beberapa patung kayu seperti dayang-dayang yang menyambut tamu, berjajar di depan pintu masuk.
"Ada kamar kosong Mbak?" tanyaku kepada seorang gadis remaja yang berdiri di belakang meja lobi.
"Ada, Pak.
"Berapa harga menginap semalam?"
"Ada dua tipe, Pak. Ada yang seratus lima puluh ribu dan dua ratus ribu!"
'Alhamdulillah! Ini murah sekali!'Â "Kamar mandi dalam?"
"Iya. Semuanya Pak! Cuma bedanya kalau yang seratus lima puluh ribu tidak ada kipas angin dan televisi!"
"Baiklah, yang itu saja. Saya tidak butuh kipas angin dan televisi, Mbak!"
Singkat cerita dia mengantar aku ke kamar, membukakan pintu, menyalahkan lampu dan kemudian mengangsurkan kunci. Lampunya agak redup. Rasanya akan sakit mata kalau buat baca buku.
Aku melangkah masuk dan kebetulan melihat seekor kecoa terbang keluar dari balik pintu. Kecoa itu mau terbang ke arahku, sehingga aku sudah mengambil ancang-ancang mengibaskan tangan. Ia tidak jadi, lalu cepat-cepat pergi menyelinap di bawah ranjang. Sepertinya ia sudah lama tidak ketemu orang, jadi tampak beringas.
"Wah kok ada kecoa? Kalau yang kamar dua ratus bersih nggak Mbak?"