Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (98): Suasana Horor Meneror

29 Oktober 2024   04:47 Diperbarui: 29 Oktober 2024   04:56 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Seperti biasanya, setiap hari Arum dan Lintang bangun pagi-pagi, mengawasi para murid yang sedang berlatih silat, menengok dan melihat orang-orang yang bekerja merawat tanaman di ladang, istirahat, melatih murid-murid lagi, malamnya mereka berlatih sendiri, kemudian meditasi dan tidur. Demikianlah kegiatan rutin mereka setiap hari.

Tapi di pagi buta itu mereka tampak tergesa-gesa meninggalkan padepokan. Sekitar satu jam sebelumnya, Cak Lahar, salah seorang pelatih, tampak tergesa-gesa mendatangi mereka di teras puri. "Assalamualaikum!"

"Wa alaikum salam!" jawab keduanya serentak.

"Ada apa, Cak?" tanya Arum, ia menangkap ada sesuatu yang sangat genting.

"Mohon maaf, Guru, ada seorang warga dari desa Guru Mahesa yang datang mengabarkan kalau padepokan mereka diserbu dan dihancurkan orang!"

"Apa? Kapan kejadiannya?"

"Tadi malam! Menurut kabar, Ki Mahesa dan Nyi Lastri meninggal dunia!"

Saat itu juga, Lintang dan Arum langsung meluncur ke lokasi. Ketika memasuki suasana baru, pemandangan baru, udara baru, semuanya itu akan menumbuhkan kuncup kebahagiaan yang tadinya layu oleh rutinitas, tapi sekarang tidak. Tidak ada senyum menghiasi bibir, tidak ada sinar mata berseri-seri, tidak ada canda tawa, semua telah direnggut oleh suasana penuh duka nestapa.

Ketika sampai di rumah duka, mereka melihat Ki Demang Japa sudah berada di lokasi. Terdengar suara tangisan beberapa orang di antara pelayat.

"Jenazah-jenazah sedang dimandikan!" kata Ki Demang Japa dengan wajah sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun