"Ajeng!" seru Ki Bajul Brantas, "Janda binal pengkhianat sepertimu harus mampus malam ini juga!"
Melihat beberapa orang berdiri di halaman rumah dalam keadaan basah dan kotor, Ajeng segera lari untuk mengambil pedang. Sedangkan Gandung berlari meninggalkan tempat itu dan langsung dikejar oleh Dewandaru.
Dewan menghentikan Gandung di sebuah kebun. "Apa yang kamu lakukan?"
"Ini dalam rangka menjalankan tugas!"
"Baik, cepat pergi!"
"Siap komandan!"
Gandung Si Raja Belut segera melarikan diri menembus kegelapan. Ia tidak tahu betapa hancur hati Ajeng ketika menyadari kekasihnya itu pergi meninggalkannya di saat ia harus menghadapi bahaya, dan tanpa pamit pula. Padahal baru saja lelaki itu bersumpah akan mencintainya sampai mati.
Ajeng bertahan mati-matian menghadapi keroyokan empat orang yang seperti kesetanan itu. Tidak memakan waktu lama, janda cantik itu akhirnya roboh dengan tubuh banyak luka. Setelah itu semua benda berharga di rumahnya diambil, agar terkesan motifnya murni perampokan.
Mendung hitam yang menggantung di langit Jombang menambah suasana horor yang meneror masyarakat di bawahnya. Mereka hanya bisa menggantungkan harapan kepada Ki Demang Japa dan Padepokan Benteng Nusa untuk secepatnya memulihkan kembali rasa aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H