Mohon tunggu...
Tony
Tony Mohon Tunggu... Administrasi - Asal dari desa Wangon

Seneng dengerin musik seperti Slip Away dari Shakatak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Parantapa Murka (Bagian 3)

6 September 2021   12:54 Diperbarui: 6 September 2021   13:00 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Dan kalau aku tidak setuju?" suara Badeg terdengar menggelegar.

"Hari ini kamu akan merasakan sakit yang luar biasa!" jawab Rina.

Mendengar ancaman seperti itu Badeg tertawa lebar dibarengi dengan tinjunya yang seperti godam di arahkan ke wajah Rina. Tetapi serangan itu sangat terlambat. Empat jari tangan kanan Rina yang lentik yang sudah ditekuk itu keburu menonjok solar plexus atau pusat jaringan saraf di ulu hati. Badeg terjerembab ke tanah, persis seperti pohon yang tercabut dari akarnya lalu tumbang. Kedua matanya mengeluarkan air, kakinya terlihat kejang dan kaku. Diam terlentang di atas tanah tak berdaya, Badeg sedang berusaha menahan rasa sakit yang luar biasa.

Gondrong sedikit tersentak melihat peristiwa itu, diperintahkanya kedua temannya untuk menyerang Rina. Terlihat seperti sedang menari balet daripada bertarung, tubuh Rina meliuk kesana kemari melumpuhkan lawan-lawannya dengan mudah hingga anak buah Gondrong lari tunggang langgang.

Giliran Gondrong yang masih berdiri bengong melihat Rina. Akhirnya Gondrong menyerang Rina dengan ragu-ragu. Tanpa segan-segan lagi Rina menendang kedua lutut kaki hingga posisi jatuh Gondrong seperti sedang bersujud di depan Rina. Dengan cepat dan kuat kedua tangan Rina menangkap kepala Gondrong, diseretnya sedikit ke depan kemudian dagu Gondrong dibenturkan ke tembok gapura berkali-kali. Untuk waktu yang cukup lama, dapat dipastikan Gondrong akan mengalami kesulitan dalam mengunyah saat makan karena rahangnya benar-benar hancur.

Ramos dengan bengong memandang Rina yang sedang merapikan baju dan celana training yang dipakainya. Dia teringat akan ucapan Untung pada suatu hari: "Suatu saat kamu akan tahu, kenapa sopir kamu yang cantik itu selalu mengenakan trainingspak."

   

Harapannya akhirnya terpenuhi. Karta seolah berada di surga. Ruangan yang di desain khusus oleh Hartono untuk dia persis seperti kamar operasi di rumah sakit mewah lengkap dengan peralatannya. Kamar bedah yang sempurna milik Karta.

Masa lalu Karta sesungguhnya suram. Tidak lama setelah menyelesaikan pendidikannya, Karta bergabung dengan militer saat awal invasi besar-besaran ke Timor Timur. Karta dan kelompoknya berada di garda paling depan Operasi Seroja. Hanya dia dari bagian medis yang bergabung dengan para intel. Karta tiba untuk pertama kali di tanah Timor sebagai mata-mata dengan pakaian kasual layaknya para turis yang kemudian dikenal oleh warga setempat dengan julukan The Blue Jean Soldiers. Tugasnya yang utama sebagai mata-mata dikesampingkan. Karta sibuk dengan hobinya yang gemar bereksperimen atas alat kelamin pemuda puber.

Karena kebanyakan masyarakat setempat yang masih terbelakang, mereka tidak tahu bahwa setiap kali ada penduduk yang sakit dan pertolongan yang diberikan oleh Karta selalu diakhiri dengan kebiri. Perbuatan yang gila ini akhirnya diketahui oleh seorang pemuda setempat yang lebih tua sedikit dari Karta. Karena perbuatannya yang di luar batas kewajaran, Karta akhirnya mendapat julukan kulik atau iblis oleh warga setempat. Sebelum operasi militer terancam gagal karena perbuatannya, Karta buru-buru "dipulangkan" lebih awal ke Jakarta.

Peristiwa itu menguntungkan Karta. Dia lalu terkenal sebagai dokter yang cukup terpandang di Jakarta. Tetapi operasi terakhir yang dilakukan Karta saat masih menyandang sebagai dokter bedah membuat fatal bagi dirinya. Pasien yang ditangani meninggal saat operasi karena salah bedah. Keluarga korban menuntut habis-habisan hingga akhirnya Karta dijatuhi hukuman penjara. Hanya Karta sendiri yang tahu bahwa ternyata tidak ada kesalahan pada operasi tersebut. Karta sengaja melakukan karena rasa ingin tahunya terhadap titik-titik di tubuh yang bisa digunakan untuk menyiksa seorang manusia. Meski taruhannya sangat berat tetapi Karta berhasil mendapatkan ilmunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun