Setelah teori sandi dari Wahono sudah dilaporkan kepada Untung, Ramos dan Rina mencoba rileks sambil menunggu hasil laporan dengan berjalan kaki sampai ke pelosok kampung tidak jauh dari tempat mereka menginap. Sambil terus berjalan mulut Ramos terlihat komat-kamit, lalu kepalanya kadang mengangguk-angguk sendiri.
"Apakah memang sudah biasa seperti ini apabila Anda sedang berusaha memikirkan sesuatu Pak Ramos?" tanya Rina.
"Maksudmu?" Ramos memandang wajah Rina, lalu mereka berhenti berjalan.
"Ya seperti ini berjalan kaki dengan tujuan yang tidak jelas, seperti orang stress."
"Wah...wah...wah... Apakah aku tadi memaksamu untuk ikut?"
"Tidak!"
"So?" Ramos mendekatkan wajahnya ke wajah Rina, "Kamu balik saja ke hotel sekarang."
"Hey! Apakah Anda lupa? Aku diberi tugas oleh Pak Untung untuk menjaga Anda."
Ramos langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban Rina. Perutnya terasa pegal dan kaku karena tertawa terus sampai dirinya harus mencari tempat duduk guna meredam perutnya yang serasa dikocok.
Tak jauh dari tempat itu, empat orang pria pengangguran bertubuh tegap keluar lalu mendekati Ramos dan Rina. Salah satu dari mereka badannya seperti raksasa. Laki-laki berwajah kasar dan berambut gondrong yang tubuhnya penuh dengan tato memandang wajah Ramos.
"Suaramu membuat dia menjadi ketakutan!" kata si Gondrong kepada Ramos.