Mohon tunggu...
Thoriq AbdhiRamadhan
Thoriq AbdhiRamadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Saya baru memahami bahwa dengan menulis dapat menghilangkan keresahan yang selama ini ada pada diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lembar Baru

21 Mei 2023   21:56 Diperbarui: 21 Mei 2023   22:17 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/@romiyusardi

 

Kedua lelaki beda umur itu sekarang berdiri di halaman depan rumah. Puncak Marapi terlihat gagah disinari langit yang cerah. Hafis sedikit banyak mengetahui tentang Inyiak Das. Beliau banyak dibilang punya ilmu membaca pikiran. Hafis awalnya tidak percaya, tapi pernah suatu ketika ia berbohong bahwa sudah shalat ashar. Inyiak yang tahu anak itu berbohong, langsung menceramahinya dua jam lebih.  

 

“Hafis benar mau menjual rumah ini?” tanya Inyek Das dengan suara pelan.

 

Hafis langsung melotot tak percaya. Dia belum berbicara apa-apa kepada keluarganya perihal rencana menjual rumah ini.

 

“Baru rencana Nyiak,” jawab Hafis singkat.

 

“Pokoknya Inyiak tidak setuju!” katanya keras. “Kalaupun Hafis sudah tidak punya orang tua, bukan berarti Hafis jadi orang bebas. Hafis tetap orang minang, darahnya minang, wajahnya pun minang. Jangan jadi orang yang kalau bareh hiduik indak pulang, senang pulo taneh dilupoan[13].”

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun