Mohon tunggu...
Thomy Satria
Thomy Satria Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menulis cerpen, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemarau Cuan si Pawang Hujan

14 November 2024   17:41 Diperbarui: 16 November 2024   03:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukirman mulai mondok di minggu pertamanya di Temboro. Itulah kenapa nomor Sukirman sulit dihubungi oleh Pak Lek Tejo dan Pak Lek Marwoto. Karena di asrama, santri dilarang membawa alat komunikasi. Sukirman fokus dengan kegiatan menimba ilmu di sana sampai lupa kalau dia belum mengabari Pak Lek Tejo. Dua bulan kemudian, tepatnya di tahun baru. Sukirman baru mendapat kesempatan untuk bisa menelfon Pak Lek Tejo.

“Sudah dua bulan saja kau menghilang, Le! Ponakan licik! Hahaha. Ngapain saja kau disana?” Tejo menerima panggilan telfon dari Sukirman dengan perasaan gembira.

“Aku mondok disini Pak Lek. Gimana kabar Pak Lek?”

“Benar juga, pasti kau menuruti permintaan Mbak Aminah. Tapi aku masih kecewa kau tidak mengabari Pak Lek mu ini!”

“Maaf pak lek, aku lupa mengabari dan di pondok juga tidak boleh ada alat komunikasi.”

“Kapan kau akan kembali kesini?”

Sudah Sukirman tebak Pak Lek Tejo akan menanyakan ini.

“Setelah selesai mondok Pak Lek. Program santri dewasa yang aku ambil bebas batas waktu. Targetku lulus setelah selesai tahfizh quran saja. Doakan saja Pak Lek. Mungkin dua tahun lagi.”

“Dua tahun lagi?! Bagaimana jika kau pulang hari ini saja. Tak ada yang bisa menggantikanmu sebagai pawang hujan disini. Pawang hujan lain hanya pendusta belaka! Hahaha!”

“Saya sebenernya juga tidak punya kesaktian menghalau hujan, Pak Lek.” Sukirman mengakui rahasianya.

“Tapi kau bisa memprediksi cuaca kan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun