“Harus dengan cara apa lagi agar kamu mau kesini, Man? Ibu sudah pernah memintamu datang mengantarkan pakaian Ayah. Bahkan mempaketkannya kesini pun kamu tidak mau.”
“Aku juga tidak sepenuhnya bohong Bu. Aku memang bisa memprediksi cuaca. Hasan, kamu masih nyimpan jam hygrometer yang Mas pernah kasih?”
“Ada dikamarku Mas.”
Sukirman menghirup nafas dalam. Lalu berkata
“Suhu antara 30-32⁰C, kelembaban antara 45-50%”
“Suhunya 31⁰C. Kelembaban 48%. Gilee! Ga pake geleng-geleng kepala kayak dulu lagi, Mas?”
“Itu cuma kalo lagi pilek aja. Saat pilek hidung Mas ga sensitif lagi ngukur suhu dan kelembaban udara, San. Jadi Mas menggelengkan kepala supaya kelembaban udara bisa dirasakan oleh mata Mas saja.” dalih Sukirman menjelaskan.
Ibu tiba-tiba tampak seperti mengendus sesuatu.
“Apakah ibu mengenal aroma itu?” tanya Sukirman tersenyum geli.
“Apakah dalam tasmu ada pakaian Ayah?” Aminah juga punya kelebihan unik. Dia berhidung peka ketika hujan. Indra penciumannya meningkat karena suara gemerintik air yang menghempas atap. Seperti skill yang terbuka hanya dalam kondisi tertentu.
Ibu segera bangkit dan membuka tas Sukirman. Mengeluarkan pakaian ayah dan menciuminya. Matanya mulai berkaca-kaca. Hasan pun langsung nimbrung melepas rindunya pada Ayah.