Mohon tunggu...
Thomy Satria
Thomy Satria Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menulis cerpen, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemarau Cuan si Pawang Hujan

14 November 2024   17:41 Diperbarui: 16 November 2024   03:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gila! kau menaikkan bayarannya?! Bukankah dia sudah mengusir hujan di 14 laga!?" Marwoto terkejut dengan angka itu.

"Itu belum seberapa dibanding keuntungan kita yang ratusan juta. Ya, dia meraup 56 juta dalam 2 bulan. Padahal dia cuma bermain-main asap kemenyan!" celetuk Tejo nyengir.

"Kau meragukan kemampuannya setelah terbukti selama dua bulan kemarin?" tanya Marwoto heran.

"Justru aku mulai berpikir jangan-jangan dia bisa menjadi pawang hujan secara remotely. Mas tau, maksudku bekerja dari rumah." terka Tejo asal-asalan.

"Pawang hujan WFH? Work From Home? Hahaha! Kau ini ada-ada saja! Kurasa aku juga bakal percaya itu. Tapi perihal dia izin ke Temboro; menjenguk ibunya yang lagi sakit; aku agak ragu, Jo. Seharusnya dia sudah kembali kesini begitu ibunya sembuh kan? Tapi sudah sebulan tidak nongol lagi batang hidungnya! Di telfon pun sudah tidak aktif! Dasar ponakan ular!" gerutu Marwoto sembari berjalan menuju podium.

“Sepertinya kecurigaan mu cukup beralasan, Mas. Masalahnya dia juga tidak berjanji hari apa akan kembali lagi kesini.” angguk Tejo sepemikiran. Sembari mengiringi langkah Marwoto menuju podium.

Mereka berdua melakukan tugasnya sebagai Kepala Desa dan Ketua Panitia Liga. Menyerahkan piala dan hadiah kepada kesebelasan Aroma yang berjaya sebagai pemuncak liga di akhir musim ini. Pesta penyerahan hadiah itu berlangsung meriah. Sorak sorai warga di iringi musik penyemangat membahana di tengah lapangan bola Desa Sukorendem.

Marwoto dan Tejo adalah kakak adik. Marwoto terpilih jadi Kepala Desa berkat dukungan Tejo sebagai Ketua Timses. Sebagai balasannya, Marwoto memprogramkan liga sepak bola antar desa. Proyek tahunan penghasil cuan bagi adiknya itu.

Ratusan juta keuntungan bersih yang sudah mereka raih dari pergelaran liga yang sukses itu. Dari sponsor; dari penjualan tiket; tidak seberapa. Kalian akan tercengang dengan jumlah uang yang berputar dalam praktek judi bola dan mafia pengaturan skor! Milyaran!

Kesuksesan acara itu makin melebarkan pengaruh mereka sebagai tokoh terpandang tak hanya di Desa Sukorendem, tapi juga ke desa-desa lain di sekitarnya. Hanya segelintir orang yang tau tentang kebusukan mereka dalam berpolitik. Bagi mereka, warga harus dibikin bodoh dan bahagia. Supaya loyal tanpa kritis. Itu sudah teori politik yang lazim digunakan para politikus Negeri Konohaw ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun