Aku menatapnya, "Katakanlah, apakah pisau yang tertancap di punggung Valentina mengandung sidik jari? Aku yakin tidak ada."
Mahmud menjawab, "Tidak."
"Pisau itu menancap di mana? Paru - paru atau jantung?"
"Jantung, membuat Valentina tewas dengan cepat. Kau benar dalam hal ini, Kilesa, hanya seorang pembunuh profesional yang bisa menargetkan jantung dari punggung."
"Belum selesai sampai di sini. Ada berapa helm motor di garasi?"
"Dua buah."
Aku mengangguk dan perlahan - lahan Mahmud ikut mengangguk -- angguk, memahami maksudku. Beberapa saat kemudian matanya membesar.
"Kilesa, maksudmu..."
"Pembunuh ini sangat profesional. Begitu mendapatkan alibi dan keterangan yang diperlukan, ia akan menyingkirkan semua saksi mata yang berlaku."
Mahmud menghela napas, "Jadi, kau menemui Anita bukan hendak untuk meminta keterangan, melainkan untuk..."
"Untuk menjaganya. Mari, Mahmud, jangan sampai kita keduluan."