Tunggu dulu. Ada banyak keanehan. Charles mewakili pikiranku, "Kecelakaan? Maksudnya bagaimana, pak?"
"Mbak Winda dan Mas Tommy sedang bermain lempar -- lemparan tombak ketika angin ribut itu datang, sehingga ketika kapal karam, tombak itu tidak sengaja..."
Wawan tidak meneruskan kalimat itu, namun kami paham maksudnya. Ketika kapal ini menerjang batu karang, tombak itu tidak sengaja berada di udara dan menembus mata Yudi. Tapi, apakah ini masuk akal? Orang gila macam mana yang bermain -- main tombak pancing tajam di atas kapal pesiar?
"Hal ini tidak mungkin terjadi, Pak Wawan. Bermain -- main tombak pancing? Segila -- gilanya dan seeksentrik -- eksentriknya seorang konglomerat, hal itu tidak mungkin terjadi. Sulit dipercaya." ujar Mahmud mewakili perasaanku.
Kembali berubah nada bicara Wawan, kali ini dengan lebih menekan. "Bapak boleh tanyakan kepada Mbak Winda, Mas Tommy, Mas Francis, dan Mbak Ovy tentang apa yang terjadi tadi malam. Mereka akan mengatakan hal yang sama. Mereka memang suka melakukan hal -- hal aneh dan tak masuk akal."
Pertanyaan kedua, "Empat orang? Bukankah hanya ada tiga orang teman dari Yudi Susabda tadi malam di atas kapal?"
Aku menoleh pada Mahmud dan ia mengonfirmasi kebenarannya. Ketika kami kembali tertuju pada Wawan, ia berkata, "Mbak Ovy ketakutan dengan apa yang terjadi pada Yudi sehingga ia melarikan diri dari tempat kejadian, pak polisi. Mungkin jika bapak berusaha, kepolisian bisa menemukan anak itu."
Aku menghela napas dan bersender. Ada banyak kejanggalan dalam kasus ini, dan semuanya tidak menyenangkan. Lebih baik mendengarkan keterangan lainnya terlebih dahulu agar semuanya menjadi lebih jelas. Kini, seorang pemuda bernama Tommy memasuki ruangan. Badannya tegap, dadanya bidang, sesuai dengan gambaran pelaku yang diinginkan oleh Charles.
"Selamat pagi, mas Tommy. Saya dengar Anda adalah teman dari Yudi Susabda, apakah benar?"
"Benar, pak polisi." Dari matanya yang sembab kami tahu bahwa ia berusaha keluar dari keadaan sedih.
"Dan kau berada di atas kapal malam tadi?" Ia mengangguk, sehingga kami melanjutkan, "Apa yang terjadi tadi malam? Terutama pada keadaan Yudi Susabda."