Saat itu, hanya terdengar suara motor berderu tanpa ada suara binatang malam atau yang lainnya. Namun, semua berubah ketika tiba-tiba saja dari jauh terdengar suara gamelan jawa. Suaranya terdengar sayup-sayup jauh. Namun, semakin lama semakin terdengar jelas. Nur pun mengamati tempat itu, kemudian aroma bunga melati tercium menyengat di hidungnya.Â
Ia masih mencari, dari mana sumber suara itu terdengar. Nur kemudian melihat seorang wanita menunduk dengan melenggok-lenggokan lhernya tepat di antara rerumputan di samping jalan setapak. Dilanjtkan dengan ayunan gerakan tangan dan lenganya, yang bergerak seirama dengan suara gamelan, Nur menyadari bahwa wanita itu menari.Â
Ia menari di tengah malam, di tengah  kegalapan hutan yang sunyi dan senyap. Terlihat gerakanya begitu anggun, meski motor terus bergerak melaju ke desa tukuan. Nur bisa melihat dengan jelas, ia menari dengan sangat mempesona, seakan-akan ia bertunjuk untuk sebuah panggung yang tidak bisa Nur lihat. Siapa yang menari di malam buta seperti ini. Nur pun terdiam dalam kengerian yang ia rasakan sendirian.Â
Ketika motor berhenti dan sampailah di desa, Nur tidak mengatakan apapun. Ia lantas melihat pak Prabu menyambut mereka. Saat pak Prabu mempersilahkan mereka ke tempat peristirahatan selama di desa ini, Widya tiba-tiba mengatakanya.Â
"Pak, kok Deso'ne pelosok men yo"Â
(Pak, kok desanya jauh sekali ya)Â
"pelosok yo opo to mbak, wong tekan dalam gede mek 30 menit loh" (pelosok darimana sih mbak, orang dari jalan raya hanya 30 menit saja lo)Â
Nur hanya melihat saja, ia tidak mau mengatakan apapun, ia melihat wajah Ayu yg memerah entah karena malu atau apa. Mungkin, Ayu merasa Widya sudah mengatakan hal yang tidak sopan sebagai tamu.Â
Widya memang seharusnya tidak mengatakan hal itu ketika baru saja datang. Di tengah perdebadan antara Widya dan Ayu, tiba2 dari balik pohon jauh terluhat sosok hitam dengan mata merah seakan tengah mengintai mereka. sialnya, hanya Nur yang bisa melihat.Â
Akhirnya, perdebadan itu selesai Nur pun meninggalkan sosok itu yang terlihat masih mengintip dari balik pohon. Kemudian, ia masuk ke sebuah rumah milik salah satu warga yang mau menampung mereka untuk ditinggali selama menjalankan tugas KKN mereka. Di rumah tersebut rupanya perdebadan Widya dan Ayu berlanjut.Â
"koen iku kok ngeyel seh, wes dikandani, gak sampe setengah jam iku mau" (kamu kok keras kepala, sudah dikasih tau, tadi gak sampai setengah jam)Â