Kemudian mas Ilham membawakan barang Nur menuju mobil. Tak lama setelah itu mobil pun melaju.Â
"Adoh gak yu?" (Jauh nggak yu?) Tanya Nur kepada Ayu.Â
"Paling 4 sampek 6 jam tergantung, ngebut ora ne" (Paling 4 sampai 6 jam tergantung ngebut tidaknya? Jawab Ayu.Â
"sing jelas, desa'ne apik, tak jamin, iseh alami. pokok'e cocok gawe proker sing adewe susun wingi" (yang jelas, desanya bagus, tak jamin, masih alami, pokoknya cocok buat proker yang kita susun kemarin)Â
Ayu terlihat begitu antusias menceritakan desa tersebut, sementara Nur, ia merasa tidak nyaman.Â
Sebenarnya banyak hal yang membuat Nur merasa bimbang, salah satunya tentang lokasi, waktu dan sebagainya. sSejujurnya, ini kali pertama Nur pergi ke arah etan (daerah Timur). Sebagai perempuan yang lahir di daerah kulon (daerah Barat) ia sudah banyak mendengar rumor tentang daerah etan, salah satunya tentang kemistisanya.Â
Keadaan mistis bukan hal yang baru bagi Nur, bahkan ia sudah kenyang dengan berbagai pengalaman akan hal tersebut. Saat menempuh pendidikanya sebagai seorang santriwati, ia sering mengabaikan perasaan tidak bisa yang mucul karena kebetulan semata. Namun anehnya malam ini, belum pernah Nur merasa setidak enaknya seperti saat ituÂ
Benar saja, perasaan tidak aneh itu terus bertambah seiring dengan mobil yangv erus melaju. Salah satu pertanda buruk terjadi adalah ketika, sebelum memasuki kota J, dimana tujuanya kota B, Nur melihat kakek-kakek yang meminta uang di persimpangan ia seakan melihat Nur dengan tatapanya yang prihatin.Â
Tak hanya itu saja, si kakek, mengelengkan kepalanya seolah memberikan isyarat pada Nur yang ada didalam mobil, agar mengutungkan niatnya.Â
Namun, Nur, tidak bisa mengambil keputusan apapun, sebab ada temanya yang lain yang menunggu kabar baik dari observasi hari ini.Â
Hujan tiba-tiba saja turun, tanpa terasa, 4 jam lebih perjalanan tersebut telah ditempuh. Mobil berhenti di sebuah rest area yang sepi, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Di tengah hutan yang gelap, Nur mendengar yang memanggil-manggil namanya.Â