"Hutan. desa ini ada di dalam hutan" kata mas Ilham.Â
Nur tidak berkomentar, ia hanya berdiri di samping mobil yang berhenti di tepi sebuah jalan hutan ini. Hutan tetsebut merupakan sebuah hutan yang sudah di kenal oleh masyarakat Jawa Timur.Â
Tidak lama kemudian, terlihat nyala lampu dan suara motor. mas Ilham, melambaikan tanganya.Â
"iku wong deso'ne, melbu'ne deso kudu numpak motor, gak isok numpak mobil soale" (itu orang desanya, masuk desanya harus naik motor, mobil tidak bisa masuk soalnya)Â
Nur dan Ayu kemudian mengangguk, pertanda ia mengerti. Tanpa berpikir panjang, Nur sudah duduk di jok belakang seoeda dan mereka pun berangkat. Perjalanan kini mulai memasuki jalan setapak.Â
Dengan tanah yang tidak rata, membuat Nur harus memegang dengan kuat jaket bapak-bapak yang memboncengnya. Terlihat tanah masih lembab, di tambah dengan embun fajar juga sudah terlihat disana-sini memenuhi pepohonan rimbun.Â
Tiba-tiba Nur, melihat sesosok wanita yang sedang menari di atas batu. Seakan menyambut dirinya yang datag di desa tersebut. Penari itu kilatan matanya tajam, dengan paras elok nan cantik. Kemudan si Wanita, tersenyum seolah sedang menyambut tamu yang sudah ia tunggu.Â
Nur lalu melihatnya jalan lain, tetapi Nur terkejut mendapati si wanita sudah hilang tanpa jejak. Ia sadar bahwa dirinya sudah di sambut dengan sosok entah apa itu.Â
Setelah memasuki Desa, mas Ilham kemudian berpeluk kangen dengan seorang pria yang mungkin seumuran dengan ayahnya yang ada di rumah. Pria itu terlihat ramah, dan murah senyum. Dengan menyambut tanganya, Nur mendengar si pria memperkenalkan diri.Â
"kulo, Prabu" (saya Prabu)Â
Kemudian Ilham menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta izin diadakan kegiatan KKN di desa tersebut. Yang akan dilaksanakan adiknya, Ayu dan keenam rekannya termasuk Nur.Â