Saat mejamkan mata terdengar binatang malam bersahut-sahutan, berlomba untuk menunjukkan eksistensinya. Nur tidak bisa tidur, kemudian ia melihat 2 sahabatnya sudah tertidur lelap, ia terjaga sendirian menatap langit-langit yang berupa genting hitam dengan sarang labah-labah.Â
Rumah desa, tentu saja begini, pikir Nur, memaklumi, sekat kamarpun tidak menyentuh langit kamar, jadi Nur bisa melihat celah disana. Ketika ia memikirkan kejadian hari ini, Nur tiba-tiba tersadar bahwa suara riuh binatang malam sudah tidak lagi terdengar lagi. Kini berganti dengan suara sunyi yang memekik membuat telinga Nur menjerit dalam ketakutan.Â
Perasaan tidak enak, tiba-tiba muncul begitu saja membuat Nur, lebih waspada. kketika pandanganya, mencoba mencari cara untuk mengurangi rasa takutnya, di tengah cahaya lampu petromax yang memancarkan sinar temaram, di sudut sekat kamar ada sosok bermata merah mengintipnya.Â
Nur tercekat, ia kemudian mundur menutupi wajahnya dengan selimut yang ia bawa. Penampakan wajahnya terbayang didalam kepala Nur. Dengan mengingatnya, benar-benar membuat debar jantung di dadanya, berdegup kencang. ia masih ingat, tanduk kerbau yang menempel di kepalanya serta pancaran amarahnya seolah membuat Nur semakin tersudut dalam ketakutan.Â
Dengan spontan, Nur pun mulai membaca ayat kursi. Namun, di setiap ia menyelesaikan satu panjatan doa, di ikuti oleh suara papan kayu yang di gebrak keras dengan serampangan.Â
Nur pun mulai menangis, ia tahu makhluk itu masih disana. Seakan tidak terima dengan apa yang ia lakukan, meminta bantuan kepada tuhan. Tepat ketika isi hati Nur menjerit, perlahan suara itu pun menghilang berganti dengan keheningan.Â
Nur terbangun ketika subuh memanggil, ia masih belum mengerti dengan kejadian semalam. Apakah itu mimpi atau benar-benar terjadi, yang ia tahu ia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang muslimah yang taat. Ia kemudian mengerjakan sholat subuh.Â
Nur, berusaha meyakinkan dirinya tidak akan bercerita bahkan kepada 2 sahabatnya, atas apa yang barusaja menimpanya.Â
Pagi harinya pak Prabu mengumpulkan semua anak. mengatakan bahwa hari ini, ia akan memperkenalkan keseluruhan desa dan mana saja yang bisa di jadikan proker untuk mereka kerjakan sesuai kesepakatan per anak di kelompok tersebut.Â
Pak Prabu menjelaskan sembari berjalan, sementara menyusuri desa anak-anak mengikutinya. Mereka merasa tidak ada yang menarik dari penjelasan pak Prabu tentang desa itu, bahkan pak Prabu terkesan seakan menyembunyikan sejarah desa itu.Â
Hal ini membuat Nur semakin curiga, selain hal-hal umum, hanya Wahyu katingnya yang selalu menimpali ucapan pak Prabu dengan candaan, membuat tawa mereka pecah. Semua terasa alami, seperti KKN yang Nur bayangkan. Sampai akhirnya, mereka berhenti di sebuah tempat yang membuat Nur tidak nyaman. Yaiti ebuah pemakaman, di samping kanan kirinya banyak pohon beringin besar.Â