“Di sini, memang warung Bu Sari paling komplet, Her,” kata Gimin.
“Oya?”
“He-eh. Selain harganya tidak mahal. Sama seperti warung yang lebih jauh dari sini, warung Bu Sriti.” Imbuh Ahmad.
Mereka pun berjalan menuju warung Bu Sari. Warung yang saat itu sedang tidak ada pembeli. Sehingga Heri dengan leluasa menyebutkan pesan Neneknya.
Saat itu, muncul anak lelaki sebaya Heri. Ternyata Goni, yang baru pulang dari kota. Ia pun dikenalkan Gimin dengan Heri.
“Aku mau beli susu,” kata Goni.
“Wah, mentang-mentang habis dari kota. Minumnya susu nih sekarang,” Ahmad menyeletuk.
“Bukan utnukku. Tapi untuk bapak,” terang Goni.
“O!”
Bu Sari pun melayani pembeli di warungnya. Gula pasir yang ditempatkan di kantong plastic untuk Heri, dan sebuah kaleng susu untuk Goni. Pada kaleng susu yang berdebu itu, Bu Sari sempat meniupkan dengan mulutnya. Sebelum diberikan kepada Goni.
“Lebih baik, lihat tulisan di bawah kaleng, Gon,” kata Heri, mengingatkan sahabat barunya itu.