“Ha.”
“Iya.”
“Celaka, mesti bergegas. Kalau sampai telat tidur di mana awak?”
“Nak eloklah kalau sampai nginap di warungku. Cemmana orang bilang ….”
Dada mendesir. Tugas menyeberang ke Bengkalis mestilah tak terhambat dengan pertemuan di warung kecil dengan seorang wanita menarik yang dibantu oleh seorang wanita yang kukira kerabatnya kalau tak ibunya. Wanita yang begitu sigap bekerja di dapur warung kecil itu.
Maka acara makan pun segera diakhiri. Mesti. Tak bisa tidak. Lalu segera kubayar makanan siang di teriknya udara dengan ikan patin, dan sehimpunan pembiaraan yang tak ingin kuakhiri sebenarnya. Atas pertemuan di Terminal Penumpang Pelabuhan Sungai Duku, Riau.
“Hati-hati, Bang ….”
“Terima kasih.” Aku ingin menata sebenarnya hati sejuk pada siang itu. Atas kata-kata biasa-biasa saja.
***
Pukul 13.35 Wib kapal cepat berpenumpang delapan belas orang melayari Sungai Siak. Air tak bisa dibilang jernih, tersibak di kanan dari jendela kaca. Sesekali meloncat-loncat wajah gadis semampai di warung itu. Rambut pendek menyerupai penampilan model, dan bungkus jeans serta kaos pendeknya. Lengkaplah ia seorang yang bisa menjadi model. Hm. Tak tahu aku siapa namanya.
Pukul tujuh belas lebih sedikit, kapal merapat di Pelabuhan Bengkalis. Anwar Ibrahim menyambutku. Ia utusan Joko Lelono, yang menyebut sedang ada acara di Dumai, tetangga Bengkalis.