"Bapaknya ingin dia segera bekerja, mungkinkah Nadia mendapat pekerjaan yang lebih bermartabat," gumamku.
Aku berpikir keras apakah ada jalan yang lagi-lagi harus mengubah yang terjadi begitu cepat. Terkadang hati kecilku berteriak, Tiara, kau bukan Tuhan atau malaikat yang bisa setiap saat mengubah nasib orang dengan jarimu.
Namun aku tak mampu membiarkan hal yang tak layak terjadi di depan mataku. Aku tak mungkin diam pada saat aku sebenarnya bisa membuatnya tak terjadi.
Tapi Tiara, terlalu banyak orang susah di negeri ini yang tak mungkin dapat kaubantu seluruhnya.
Aku tak berniat membantu seluruh manusia di negeri ini, hanya segelintir saja yang kebetulan kutemui. Karena aku ingin kehadiranku membawa perubahan bagi orang lain.
Ide bagus. Jika ayah tiri Nadia menginginkan gadis itu bekerja dengan alasan uang, aku mungkin akan mempekerjakannya. Di perpustakaan ini.
"Tolong temui mereka, Yen. Katakan kita akan pekerjakan Nadia," ucapku memohon.
"Aku tak berani, Ti. Kejadian ini bukan yang pertama. Hampir setahun yang lalu ibu Nadia juga sakit parah dan Nadia dipaksa bekerja di rumah bordil, tapi tidak sebagai pelacur. Dia membantu salah satu pengelolanya mengatur daftar tamu dan pembayarannya, menggantikan seorang pegawai yang cuti melahirkan."
Yeni menambahkan, ia pernah mendatangi rumah Nadia setelah lebih dari seminggu gadis itu tak datang ke perpustakaan. Ia diusir oleh ayah tiri Nadia dan diancam akan menghajarnya jika berani mengganggu anaknya yang harus bekerja.
Untunglah, atau entah keuntungan yang ironis, ibu Nadia sembuh dari sakitnya dan dapat bekerja kembali, sehingga Nadia dapat kembali ke sekolah dan perpustakaan.
"Nadia adalah gadis yang cerdas. Ia membantuku menangani administrasi di perpustakaan ini," ucap Yeni mengakhiri ceritanya.