Duarrr duarr duarrr, hanya suara itu yang terdengar jelas di telinga saya.
"BERHENTIII!!!"
"BERHENTIIIIII!"
"BERHENTIIII WAHAI PARA PRAJURIT KEBANGSAANKU!!!"
Ucap saya yang lantang membuat seluruh pistol dan senapan yang ada di sana terhenti seketika hanya dalam beberapa detik. Terdengar seluruh tangisan yang ada pada saat itu, beberapa sudah tidak bisa terselamatkan.
"MEREKA ADALAH PEMUDA TANAH AIR, PEMUDA BANGSA INI"
"MEREKA ADALAH PEJUANG KEMERDEKAAN!", sahut Bung Hatta meneruskan ucapan saya.
Di waktu yang sama seluruh prajurit - prajurit itu segera menjatuhkan senjata - senjata kebanggaan mereka dan berlari menuju para pemuda yang habis di bantai oleh mereka. Seluruh orang ketakutan dan mengalami luka parah akibat tembakan yang terus - menerus di luncurkan.
Sekejap saya memejamkan mata dan mengingat perjuangan - perjuangan dahulu yang dengan susah payah nya merintis kemerdekaan. Sekarang harus segera merdeka, sekarang harus segera di perangi, batin saya kala itu.
Peristiwa itu berakhir ketika saya dan Bung Hatta benar -- benar bersepakat dan menjanjikan bahwa proklamasi kemerdekaan akan di kumandangkan dengan segera. Malam hari saya bersama dengan rekan -- rekan saya kembali ke kediaman Bung Hatta dengan beberapa tokoh -- tokoh negara lainnya lalu membahas mengenai proklamasi yang akan langsung di nyatakan esok harinya. Perumusan naskah itu berlangsung dari malam hari menuju dini hari tepatnya tanggal 17 Agustus.
***