***
16 Agustus 1945
Hari penculikan Soekarno - Hatta (Dikenal dengan peristiwa Remgasdengklok)
Brakkk
Suara yang keras nan lantang itu membuat saya dan istri saya terbangun pada dini hari. Sungguh sangat keras. Begitu membuka mata, saya terkejut melihat sosok orang memakai pakaian berwarna hitam, memegang pisau serta pistol dan menyudutkan ujung pisau itu ke hadapan saya.
"Berganti bajulah Bung! Sudah saatnya Indonesia dimerdekakan!"
Suara yang terlontar dari mulut pemuda itu pun tampak tak asing bagi saya. Saya tidak menjawab pernyataan itu dan hanya menoleh memandang wajah istri saya yang sudah setengah sadar karena suara keras tadi.
"Pergilah, anda harus melakukan yang seharusnya anda lakukan", isaknya dengan suara lembut dan tetesan air mata yang jatuh mengenai bantalnya.
"Lalu? Bagaimana dengan anda?"
"Saya akan beristirahat dan baik - baik saja disini. Saya akan selalu mendukung keputusan anda, Soekarno"
Saya hanya tersenyum, menghampiri dan segera memeluk wanita paruh baya itu. Tak lupa memberi kecupan dan tanda perpisahan yang hangat. Saya menutup dia dengan kain guna melindunginya dari angin malam yang menusuk. Disaat itu saya hanya berdoa, tidak akan ada penyesalan meninggalkannya lagi, untuk kesekian kalinya.