"MBak Antik, kami mengucapkan terima kasih. Acara sudah selesai dan anak perempuan saya sudah agak baik kondisinya. Ia sudah dapat tersenyum bersama pengantin prianya," tutur ibu itu dengan tenang.
"Bagaimana ini ceritanya?" tanya Endang dalam kebingungan.
"Begini," sahut wanita yang usianya sebaya denganku, "tiga hari menjelang acara resepsi tadi, calon mempelai wanita, putri dari ibu ini jatuh sakit. Padahal rencana resepsi sudah matang. Kami harus tetap melaksanakan acara resepsi. Maka dicarilah wanita pengganti untuk acara resepsi sebagai mempelai wanita. Kebetulan dari postur tubuh Mbak Antik sangat persis dengan mempelai yang asli, maka diputuskan untuk meminjam mbak Antik sebagai pengganti mempelai wanita dalam resepsi saja."
Aku terduduk kaget sekaligus bersyukur. Kaget karena belum ada pemberitahuan sebelumnya. Bersyukur karena hal yang dilakukan Mbak Antik adalah membantu menyelamatkan acara resepsi.
Pelan-pelan kulihat Mbak Antik melepas satu per satu hiasan di tubuhnya. Kulihat ada air bening menggenang di pelupuk matanya. Aku mendekatinya kemudian memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Suatu saat Mbak Antik akan jadi pengantin yang sesungguhnya!"
Penajam, 20 Maret 2018
(Diedit 24 April 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H