Mohon tunggu...
Siti Widianti
Siti Widianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Kinerja Guru melalui Penerapan IQ dan SQ dalam Menangani Masalah Bullying

25 Juni 2024   09:39 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. definisi dan jenis-jenis bullying

Beberapa tahun ini sepertinya istilah bullying ramai di kehidupan sehari -- hari. Bullying atau disebut perundungan merupakan salah satu Tindakan yang tidak terpuji yang merugikan korban. Bullying (perundungan) adalah penyalahgunaan kekuatan serta perilaku agresif atau yang bertujuan untuk menyakiti orang lain yang dilakukan oleh rekan atau peers secara berulang dan melibatkan ketimpangan kekuatan baik secara nyata atau menurut anggapan antara pelaku dan korban. (Olweus D. dalam Wolke & Lereya, 2015).

Penggunaan istilah bullying atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan perundungan ini tidak hanya dijumpai pada kalangan anak muda, tetapi juga hingga mereka yang telah dewasa.Parahnya kasus bullying juga kerap ditemukan di mana saja, mulai dari sekolah hingga tempat kerja.

Menurut Muhammad dalam Mangadar (2012: 234) menjelaskan bahwa bullying adalah tindakan agresif dan menindas, baik dalam bentuk tindakan fisik langsung maupun serangan verbal. Tidak hanya dilakukan oleh para senior, tetapi juga oleh guru, orangtua, dan individu di sekitar.

Menurut (Smith, 2018) perilaku bullying jika dilihat secara general dan berdasarkan pada definisi yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat dipahami bahwa memiliki beragam tipe atau bentuk. Tipe perilaku bullying ini dapat dibedakan menjadi beberapa hal berdasarkan kategori tertentu. Secara garis besar dan general terdapat dua tipe bullying, yakni tradisional dan cyberbullying

  • Perundungan tradisional merupakan jenis bullying yang mana sebuah perilaku perundungan yang dilakukan secara offline dan cenderung ditemukan di kehidupan sehari-hari. Contoh dari perilaku ini misalnya saja memalak, memukul, mengatai secara langsung, menjauhi dan lain sebagainya.
  • Cyberbullying adalah bentuk dari perilaku perundungan yang dilakukan dengan media internet atau secara online. Pada awalnya tipe bullying ini masih jarang ditemukan, tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang pesat, perilaku cyberbullying ini juga mengalami peningkatan. Contoh dari cyberbullying ini mudah ditemukan misalnya saja Afi seorang pelajar mendapatkan komentar yang merendahkan pada foto yang baru saja ia unggah di sosial media.

Selain dua bentuk bullying tersebut, masih terdapat beberapa bentuk atau tipe dari perilaku perundungan lainnya. Menurut New Zealand Ministry of Education (t.t.) terdapat setidaknya tiga bentuk perilaku bullying jika dilihat dari sasaran atau bentuk perilakunya. Ketiga tipe perilaku bullying tersebut dijelaskan sebagai berikut.

  • Bullying fisik: merupakan salah satu dari bentuk perundungan tradisional yang di dalamnya terdapat perilaku ataupun intensi untuk melukai fisik pihak lawan (New Zealand Ministry of Education, t.t.). Contoh perilaku bullying fisik ini misalnya saja memukul, menendang, mencubit, mencuri dan/atau merusak barang milik orang lain, menjambak dan masih banyak lainnya. Tipe perundungan ini yang biasanya lebih banyak ataupun lebih mudah diketahui, karena memang jelas terlihat oleh masyarakat atau komunitas yang ada di sekitarnya.
  • Bullying verbal: memiliki persamaan dengan dengan tipe perundungan fisik, karena juga lebih mudah untuk ditemui baik pada perundungan tradisional maupun cyberbullying. Hal ini dikarenakan perundungan verbal bullying biasanya dilakukan dengan menuliskan dan atau mengucapkan kata-kata atau kalimat yang tidak mengenakan (New Zealand Ministry of Education, t.t.). Misalnya saja, seorang karyawati baru bernama Ina mendapatkan kalimat sarkasme yang menyakiti hati setiap kali ia tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh rekan-rekan yang lebih senior.
  • Bullying sosial: Berbeda dengan bullying fisik dan verbal yang cenderung dilakukan secara langsung terhadap individu, perundungan sosial merupakan bentuk perundungan yang bertujuan untuk merusak hubungan atau reputasi seseorang (New Zealand Ministry of Education, t.t.). Tipe perundungan sosial ini sebenarnya sering terjadi di tengah masyarakat, tetapi tidak banyak yang menyadari akan hal tersebut. Perilaku perundungan sosial bisa terjadi misalnya dalam bentuk Via mengajak teman-temannya agar tidak berteman dengan Nini karena ia siswa baru di sekolah dan berasal dari desa.
  • B. Dampak bullying terhadap siswa dan lingkungan sekolah

Perilaku bullying atau perundungan seperti yang disampaikan di atas memang dapat terjadi di mana saja tanpa memandang usia maupun status korbannya. Salah satu yang menjadi perhatian soal bullying di sekolah adalah dampak negatif yang bisa terjadi pada korban, baik yang langsung maupun dalam jangka panjang.Berikut adalah beberapa masalah yang bisa terjadi pada korban akibat bullying yang dialaminya.

  • Mengalami ketakutan dan kecemasan
  • Bagi korban, dampak bullying pada jangka pendek, yaitu rasa ketakutan dan kecemasan. Saat anak menjadi korban bullying (perundungan) di sekolah, ia bisa merasa takut pergi ke sekolah. Ketika sudah di sekolah, ia kerap takut menggunakan kamar mandi, naik kendaraan umum, atau berjalan sendiri di lorong sekolah. Jika perundungan ini terus terjadi, anak bisa jadi tidak ingin pergi ke sekolah dan mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolahnya, seperti field trip atau kunjungan lapangan.
  • Kehilangan kepercayaan diri
  • Akibat intimidasi yang diterimanya, anak-anak sering merasa tidak sebaik orang yang menindas mereka dalam berbagai aspek. Ia juga merasa dirinya buruk dan tidak pantas untuk melakukan berbagai hal. Hal ini kerap membuat anak kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Ia merasa ragu dan tak yakin untuk mencoba hal-hal baru. Adapun hal ini dapat berpengaruh hingga ia nanti dewasa.
  • Mengisolasi diri
  • Dampak bullying di sekolah tidak hanya berdampak pada diri korban semata, tetapi juga secara sosialnya. Perundungan yang diterima korban bullying sering membuatnya merasa ditolak dan dibuang oleh lingkungan sosialnya. Akibatnya, anak lebih memilih untuk mengisolasi diri dari teman atau anggota keluarganya. Bukan cuma itu, adanya bullying di sekolah juga menciptakan lingkungan yang toxic, di mana anak yang dianggap lemah akan terus menjadi sasaran intimidasi dan dikucilkan.
  • Sulit membentuk hubungan
  • Masalah kepercayaan dan kecemasan yang anak alami bisa membuatnya sulit untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain, termasuk dengan teman. Ia merasa sulit percaya dengan orang lain (trust issue) dan tidak dapat berkomunikasi dengan mereka. Adapun hal ini tidak hanya terjadi dalam jangka pendek. Anak yang mengalaminya bisa merasakan hal tersebut hingga ia nanti dewasa.
  • Memicu gangguan mental
  • Dampak negatif bullying bagi korban juga termasuk memicu gangguan mental pada anak, termasuk remaja. Akibat faktor-faktor di atas, korban bullying lebih mungkin mengalami depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, hingga post-traumatic stress disorder atau PTSD pada anak. Pada kasus yang ekstrem, tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri pada anak remaja bisa terjadi. Ia juga lebih mungkin melakukan pembalasan dengan kekerasan.
  • Masalah kesehatan fisik
  • Pada beberapa kasus bullying yang berkaitan dengan kekerasan fisik, dampak pada kesehatan tubuh bisa langsung terlihat. Misalnya muncul luka atau memar pada tubuh. Bukan cuma itu, trauma mental yang dialami korban bullying lambat laun juga ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan fisiknya. Anak yang diintimidasi lebih mungkin mengalami sakit kepala, jantung berdebar, sakit perut, sulit tidur, mengompol, atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab medis.
  • Penurunan prestasi akademik
  • Bukan cuma pada kesehatan, prestasi akademik juga bisa berpengaruh akibat bullying yang terjadi di sekolah. Pasalnya, menurut Stomp Out Bullying, rasa takut dan cemas akibat menjadi korban bullying bisa membuatnya sulit fokus untuk belajar di sekolah. Ia pun lebih mungkin untuk membolos atau bahkan putus sekolah yang tentu akan memengaruhi nilai dan prestasi akademiknya.

C. Peran guru dalam menangani masalah bullying

Guru yang berperan sebagai pendidik tidak hanya bertanggung jawab pada nilai akademis siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dalam membentuk tingkah laku dan karakter siswa.Peran guru terhadap bullying pada siswa di sekolah yaitu sebagai pembimbing, memberi nasehat dan mengarahkan siswa sehingga dapat mengatasi kasus-kasus yang terjadi mengenai bullying agar dapat meminimalisir bullying yang terjadi. Berikut ini peran seorang guru dalam mengatasi bullying , tindakan guru:

  • Bertindak dengan tegas
  • Banyak guru di sekolah yang masih bersikap cuek dan terlalu santai dalam menanggapi perilaku bullying. Hal ini menyebabkan si pelaku semakin bebas dan merasa dalam melakukan tindakan bullying.
  • Buat kampanye atau pamflet anti bullying
  • Ada baiknya mengadakan acara anti bullying yang mengajak para siswa di sekolah untuk membuat poster atau pamflet anti bullying atau stop bullying
  • Mengadakan seminar anti bullying
  • Supaya pemikiran siswa-siswa menjadi luas dan terbuka tentang buruknya perilaku bullying.
  • Mengadakan pendampingan anti bullying
  • Meskipun kesannya membuang-buang waktu, tetapi ini sangat penting bagi siswa dan sangat dibutuhkan siswa disekolah. Karena guru adalah orang tua kedua selain orang tua dirumah
  • Sediakan waktu untuk saling berbagi atau berbagi pengelaman-pengalaman disekolah

Berikut adalah cara guru untuk mengatasi bullying :

  • Bantu siswa yang dibully untuk membela dirinya sendiri -- bahwa dia bisa mengatakan tidak suka jika dikerjai oleh temannya.
  • Tanyakan kepada siswa tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa aman.
  • Bicaralah dengan setiap siswa yang terlibat dalam situasi ini secara terpisah. Hindari menyalahkan, mengkritik, atau meneriaki di depan wajah mereka. Dorong dan hargai nilai kejujuran.
  • Mengingat peran atau pengaruh 'kelompok sebaya'. Bullying terkadang dilakukan oleh kelompok. Jika bullying dilakukan oleh seorang siswa, dengan bantuan atau dukungan dari siswa-siswa lain, mereka semua juga harus menanggung konsekuensinya bersama, terutama agar mengetahui dampak perbuatan mereka kepada siswa yang dibully, serta meminta maaf.
  • Ambil tindakan kepada pelaku bullying. Beritahu si siswa, orang tua, dan kelas mengenai perkembangan kasusnya, dengan tetapi menghormati semua pihak.
  • Tindak lanjuti secara teratur dengan siswa tersebut mengenai kemajuan yang dibuat mengenai masalah ini sesudahnya

Penanganan- penanganan yang bisa dilakukan oleh guru atau wali kelas :

  • Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang telah terjadi
  • Mengamati perilaku emosi siswa, bahkan ketika saat kejadian bullying
  • Jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi dengan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh siswa, dan jangan pernah menyalahkan siswa atas tindakan bullying yang ia alami
  • Meminta bantuan pihak ketiga (ahli profesional atau konseling konseling) untuk membantu mengembalikan kondisi normal (jika perlu)
  • Membantu siswa mengatasi ketidaknyamanan yang dia rasakan
  • Membina kedekatan dengan teman-teman siswa, cermati cerita siswa dan pantau terus perubahan siswa
  • Hargai dan terima kasihlah kepada siswa tersebut karena telah melapor
  • Memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa agar hal tersebut tidak terulang kembali
  • Segera tangani dengan disiplin
  • Ciptakan kesempatan untuk berbuat baik
  • Tumbuhkan rasa empati
  • Ajari keterampilan berteman
  • Libatkan siswa dalam konstruktif
  • Menghiburnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun