Menyebabkan stres: Kritik yang terlalu keras atau tidak disampaikan dengan baik dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Mempengaruhi harga diri: Kritik yang berulang dapat menurunkan harga diri seseorang dan membuat mereka merasa tidak berharga.
Ada banyak psikolog yang telah memberikan kontribusi dalam memahami dan menjelaskan fenomena kritik. Beberapa di antaranya yang cukup terkenal adalah:
-
Carl Rogers: Salah satu tokoh utama dalam psikologi humanistik, Rogers menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung dan tanpa syarat untuk menerima kritik. Ia percaya bahwa kritik yang konstruktif harus disampaikan dengan empati dan tanpa penilaian.
Albert Bandura: Teori belajar sosialnya menghubungkan kritik dengan konsep self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang pada kemampuan dirinya sendiri. Bandura berpendapat bahwa kritik yang berulang dapat menurunkan self-efficacy seseorang.
Abraham Maslow: Dalam hierarki kebutuhannya, Maslow menempatkan kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Kritik yang tidak adil atau berlebihan dapat menghambat pemenuhan kebutuhan ini.
B.F. Skinner: Meskipun lebih dikenal dengan teori belajar operan, Skinner juga menyoroti dampak dari kritik terhadap perilaku. Ia berpendapat bahwa kritik yang tidak tepat dapat memicu perilaku negatif.
Selain mereka, banyak psikolog lain yang juga telah meneliti tentang kritik dari berbagai perspektif, seperti:
Psikoanalisis: Sigmund Freud dan para pengikutnya meneliti bagaimana kritik dapat berdampak pada alam bawah sadar dan mekanisme pertahanan diri.
Psikologi Kognitif: Para psikolog kognitif mempelajari bagaimana orang memproses dan menginterpretasikan kritik, serta bagaimana pikiran mereka merespons.
Psikologi Sosial: Psikolog sosial meneliti bagaimana dinamika sosial dan hubungan interpersonal mempengaruhi cara kita memberikan dan menerima kritik.