Kelelahan: Aktivitas fisik yang intens selama pertunjukan dapat menyebabkan kelelahan fisik yang ekstrem, sehingga tubuh memasuki keadaan relaksasi yang dalam.
Pengaruh Zat: Beberapa zat stimulan atau halusinogen yang dikonsumsi oleh penari (meskipun tidak umum) dapat mempengaruhi kesadaran dan perilaku.
 Psikologis:
Beberapa konsep psikologis yang relevan untuk menjelaskan fenomena ini antara lain:
Suggesti dan Hipnosis: Musik gamelan yang monoton, gerakan tari yang repetitif, serta suasana mistis yang diciptakan dalam pertunjukan jaranan dapat menimbulkan sugesti yang kuat pada penari. Sugesti ini dapat memicu kondisi trance atau hipnosis ringan.
Emosi yang Intens: Emosi yang kuat seperti kegembiraan, ketakutan, atau kesedihan yang dipicu oleh musik dan tarian dapat memicu perubahan kesadaran.
Disosiasi: Disosiasi adalah suatu kondisi mental di mana seseorang memisahkan diri dari pikiran, perasaan, ingatan, atau sensasi tubuh. Dalam konteks mendem dan ndadi, penari mungkin mengalami disosiasi, sehingga mereka merasa terpisah dari tubuh fisik dan lingkungan sekitarnya.
Identifikasi Peran: Penari jaranan seringkali mengidentifikasi diri dengan karakter atau roh yang mereka perankan. Identifikasi peran ini dapat memicu perubahan perilaku dan emosi yang dramatis.
Konformitas: Tekanan sosial untuk menampilkan pertunjukan yang spektakuler dapat mendorong penari untuk mencapai keadaan trans. Mereka mungkin merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan harapan kelompok.
Belajar Asosiatif: Melalui pengalaman berulang, penari belajar untuk menghubungkan rangsangan tertentu (misalnya, musik gamelan, gerakan tari) dengan respons tertentu (misalnya, keadaan trans).
Perpektif terkait dengan Relasi Individu dengan Aspek TerkaitÂ