Mora segera masuk untuk menemui Ibunya.
Ibunya sudah kaku dengan wajah pucat. Tangis Mora mulai turun ketika melihat keadaan Ibunya.
"Bu...bangun ini Mora," lirih Mora.
Beberapa warga mulai menenangkan tangisan Mora. Namun, bukannya mereka, Mora malah semakin histeris dengan apa yang ia lalui. Pasalnya siapa lagi teman hidup Mora selain Ibunya. Tidak ada orang yang mengerti hidupnya selain Ibunya.
Sesak sekali...
Siapa yang akan mengingatkan hati-hati ketika berangkat bekerja?
Siapa yang akan menegurkan ketika harus banyak-banyak beristirahat?
Rasa sedih menemani hari-hari Mora. Sebenarnya, beberapa hari setelah Ibunya pergi, ia sempat menutup toko padahal pesanan sedang banyak. Namun, rasa sedih terlalu menyelimuti Mora kala itu.
Terbesit dalam pikiran Mora untuk kembali ke kediaman Ayahnya. Dengan tekad kuat Mora memilih kembali mengunjungi Ayahnya.
Adegan 16: Rumah Pak Petra Di Desa Kemanisan-Siang Hari
(Kesedihan semakin berlanjut ketika sampai di depan rumahnya Pak Petra).