Mohon tunggu...
Siska Julianti
Siska Julianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Book

Teka-Teki Mora

21 Januari 2024   02:15 Diperbarui: 23 Januari 2024   23:53 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mora segera masuk untuk menemui Ibunya.

Ibunya sudah kaku dengan wajah pucat. Tangis Mora mulai turun ketika melihat keadaan Ibunya.

"Bu...bangun ini Mora," lirih Mora.

Beberapa warga mulai menenangkan tangisan Mora. Namun, bukannya mereka, Mora malah semakin histeris dengan apa yang ia lalui. Pasalnya siapa lagi teman hidup Mora selain Ibunya. Tidak ada orang yang mengerti hidupnya selain Ibunya.

Sesak sekali...

Siapa yang akan mengingatkan hati-hati ketika berangkat bekerja?

Siapa yang akan menegurkan ketika harus banyak-banyak beristirahat?

Rasa sedih menemani hari-hari Mora. Sebenarnya, beberapa hari setelah Ibunya pergi, ia sempat menutup toko padahal pesanan sedang banyak. Namun, rasa sedih terlalu menyelimuti Mora kala itu.

Terbesit dalam pikiran Mora untuk kembali ke kediaman Ayahnya. Dengan tekad kuat Mora memilih kembali mengunjungi Ayahnya.

Adegan 16: Rumah Pak Petra Di Desa Kemanisan-Siang Hari

(Kesedihan semakin berlanjut ketika sampai di depan rumahnya Pak Petra).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun