"Dasar keras kepala! Kau pasti masih penasaran dengan kejadian penembakan tersebut. Demi aku, lupakan kejadian tersebut. Okay?"
      "Baiklah," ujar Fahmi tak semangat. "Aku juga harus mengabarkan sesuatu. Kemarin aku ditelepon pamanku."
      "Kabar apa?"
      "Aku dijodohkan."
      Kia memucat. "Kau menerimanya?"
      "Terpaksa. Keluargaku utang budi dengan keluarganya. Perempuan itu kerabatku."
      "Jika itu keinginanmu, aku harus berbicara apa?"
      "Hey, tidakkah kau marah padaku? Kau tak peduli aku menikah dengan perempuan lain? Kau tak sungguh-sungguh mencintaiku?"
      "Cinta tidak selamanya harus memiliki."
      Fahmi mendekap Kia dengan erat. "Aku tak ingin mendengarnya."
      "Kau ini aneh. Kau yang akan menikah, bukan aku."