Kia tertawa kecil. "Kau lucu. Mana mungkin kejadian tadi karena roh nenek moyang. Yang jelas kau kan  menciumiku sehingga kita tak waspada."
      "Kau tak percaya kata-kataku? Jangan menyepelekan adat istiadat! Aku menggoda dan mengancam kau, tentu saja roh nenek moyangmu murka. Lagipula area jalan tol ini angker."
      Kia mengangkat bahu. "Yang penting kita selamat."
      "Aku masih merasa tak enak hati. Aku ingin karaoke-an."
      "Memangnya larut malam begini ada karaoke yang buka?"
      "Tentu ada."
      "Okay."
***
Sebulan kemudian,
"Apa sih yang mengganjal?" Gerutu Kia sembari meraba jok kursi mobil. Ia menemukan tas selempang yang tampak gembung. "Isinya apa? Kayak batuan kerikil. Sakit banget kena punggungku."
      "Kau lihatlah sendiri," saran Fahmi sembari memundurkan jok kursi mobilnya. Senyum tersungging di bibirnya yang agak kehitaman akibat nikotin. Senyum nakal yang berkesan agak malas itu tak pernah gagal menimbulkan debaran di jantung Kia.