Mohon tunggu...
Sinar RahayuPutri
Sinar RahayuPutri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis dan membaca untuk mengenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Wisuda

6 November 2021   20:20 Diperbarui: 6 November 2021   20:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam isak tangis muncul berbagai pertanyaan dalam pikiranku. Apakah salah jika aku mengungkapkan segala keluh kesahku? Apakah salah jika masih menjadi tanggungan orang tua ku? Lagi pula aku juga tidak meminta dilahirkan seperti ini. Aku tidak meminta takdir seperti ini yang memaksaku menjadi pengangguran dua tahun lamanya. Belum lagi cibiran teman dan tetangga yang terus mengejekku beban dan pengangguran secara tidak langsung. Bukankah seharusnya ibu membantu menguatkan hatiku agar bisa terus semangat mencari kerja dan menghalangi segala cibiran dan hinaan itu agar tidak sampai ke telingaku.

Aku benar-benar marah pada diriku sendiri. Tapi aku masih tidak tau bagaimana meluapkan emosi itu. Dan yang bisa ku lakukan sekarang hanyalah, menangis. Aku terisak sendirian didalam kamar tanpa peduli waktu yang terus berlalu. Karena rasanya sangat sesak jika aku terus menahan rasa sakit hati yang ku terima setiap hari. Entah sudah berapa lama aku menangis, hingga air mata mulai mengering dan rasa kantuk mulai menggelayuti pelupuk mata. 

Hari acara reuni pun tiba. Aku sudah bersiap dengan gaun terbaikku. Memakai sedikit make up agar wajahku terlihat lebih cerah. Dengan santai aku pun keluar dari kamar. Ku lihat ibu sedang asyik menonton tv tanpa menoleh sedikitpun padaku. Entah karena ego atau keras kepala, karena setelah hari itu aku dan ibu tidak saling berbicara. Bahkan ketika makan pun aku lebih memilih untuk makan didalam kamar. Perlahan aku berjalan keluar rumah tanpa berpamitan pada ibu. Aku hanya menitip pesan berpamitan untuk bapak melalui adikku. 

Hampir setengah jam perjalan menuju Lembang. Aku sudah berjanji bertemu Karin dan Olive, dua sahabat baikku untuk bertemu digerbang villa. Rasa rindu pada mereka seketika membuncah dan kami pun saling berpelukan untuk melepas rindu. Senang rasanya bisa bertemu dengan teman-teman yang lain dan saling bertukar cerita. Ada yang sudah punya anak, baru menikah, baru lamaran bahkan ada yang menceritakan kesedihannya karena ditinggal menikah oleh kekasih tercinta.

Dalam ramainya suasana reuni seketika aku melupakan kesedihan dan rumitnya masalah dirumah. Rasanya tidak sia-sia aku membongkar tabungan untuk datang ke acara reuni ini. Ya, tabungan yang sudah lama ku persiapkan untuk menyewa indekos atau dana darurat lainnya, terpaksa aku bongkar. Karena aku sama sekali tidak mendapat pinjaman uang dari ibu dan bapak. 

Di Tengah riuhnya acara tiba-tiba ada yang memanggil namaku 

"Rina... hei, disini" Ku lihat dari kejauhan Nurul melambai dan berteriak memanggil namaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tapi tanpa ku sadari dia justru datang mendekat.

"Memangnya kamu sedekat itu ya, sama si Nurul?" tanya Olive

"Iya, nih. Tumben banget dia sok akrab manggil-manggil kamu" timpal Karin

Dua sahabatku ini memang paling mengerti aku. Dengan santai aku ceritakan pada mereka kalau rumah aku dan Nurul tidak terlalu jauh, juga tentang dia yang secara tiba-tiba datang kerumahku. Mereka berdua hanya mengangguk-angguk. 

"Hai, Rin. Ku kira kamu gak bakal datang kesini" sikap Nurul yang sok akrab itu membuat sahabatku saling pandang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun