Mohon tunggu...
Sinar RahayuPutri
Sinar RahayuPutri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis dan membaca untuk mengenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Wisuda

6 November 2021   20:20 Diperbarui: 6 November 2021   20:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya mengangguk pelan. Kemudian bapak perlahan berjalan keluar kamar, tapi gerakan tangannya berhenti ketika ingin menutup pintu kamarku. 

"Nak, kalau nanti mau minta maaf sama ibumu, sekian ucapkan terima kasih juga. Karena ibumu yang sudah membantu kamu mencari murid les"

Ucapan terakhir bapak benar-benar mengagetkanku. Ibu yang selama ini hanya diam ketika berpapasan denganku atau selalu cuek ketika melihat kesibukan ku. Justru adalah orang yang paling bersusah payah agar kerja keras anaknya tidak sia-sia. Sebelum bapak menutup pintu kamar, aku langsung berlari menghampiri ibu yang baru saja selesai sholat Isya. 

Tangisku pecah ketika aku memeluk tubuhnya yang mulai renta. Aku benar-benar merasa malu dan berdosa sudah mengabaikan ibu selama berminggu-minggu. Tangan ibu yang hangat mulai mengusap kepalaku dengan lembut. 

"Maaf bu" hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Dan selebihnya aku hanya terus menangis. Malam itu aku dan ibu saling memaafkan dan kembali berbaikan. 

Terhitung sudah tiga tahun aku menjalankan jasa les privat yang kini telah berubah menjadi lembaga les resmi. Rasa iri yang kurasakan ketika melihat orang pulang dari tempat mereka bekerja, dan membayangkan kapan aku akan seperti itu, kini sudah tidak lagi bisa kurasakan. 

Dulu aku sempat bertanya pada diri sendiri kenapa jalan yang harus dilewati terasa sangat begitu panjang dan terkadang menjatuhkan. Entah apa yang kurang, mungkin usaha atau apa. Dulu, aku juga tidak begitu mengerti. Padahal sudah banyak lamaran kerja yang dikirimkan, hanya saja selalu berujung penolakan dan tidak membuahkan hasil. Beban batin yang sudah terlalu besar untuk dipangguh. Hal itu membuatku enggan untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan meskipun yang dibahas hanya lowongan kerja. 

Menjadi seseorang dengan memiliki gelar sarjana bukanlah sesuatu yang bisa terlalu dibanggakan, karena akan selalu ada orang yang menghina ketika gelar sarjananya yang kita punya tidak bisa digunakan untuk mendapat pekerjaan yang bagus. Tapi bagiku memiliki gelar sarjana juga sesuatu hal yang sia-sia tetapi sebuah kebanggaan tersendiri. 

Aku adalah orang yang akan mengusahakan sesuatu yang masih bisa diusahakan. Bayaran dari hasil mengajar privat mungkin tidak sebesar gaji karyawan di kantor. Tapi setidaknya dengan ini membuatku jadi lebih bersemangat dan cukup untuk menyibukkan diri. Tentu ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan berdiam diri dirumah dan hanya berkutat pada kesibukkan mencari kerja lebih dari itu aku bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan. Karena aku sadar masih banyak waktu dan kegiatan bermanfaat lainnya yang bisa aku lakukan di masa-masa ketika masih menjadi pengangguran. 

Meskipun aku bukanlah mantan mahasiswa dan sarjana yang luar biasa, yang memiliki segudang prestasi, tapi aku berharap bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat dibalik gelar sarjanaku itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun