Mohon tunggu...
Septian DR
Septian DR Mohon Tunggu... Translator dan Wiraswasta -

TRANSLATOR & KOMIKUS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misterius Bagian 1

20 Oktober 2016   11:28 Diperbarui: 20 Oktober 2016   11:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rina berjalan dulu di depanku, sementara aku yang membawa novel Treasure Island berjalan di belakangnya. Istriku itu melangkah begitu mantap di depanku di ruangan tangga besi yang berpencahayaan redup. Aku tidak tahan melihatnya begitu lalu kususul langkahnya lalu kupeluk dia dari belakang. “Jangan terlalu cepat jalannya, Rina.”

“Aku memang biasa jalan cepat, Sayang. Baik untuk kesehatan kita.”

“Ya, Rina. Aku tahu itu. Masih lama ini kita turun?”

“Sebentar lagi sampai, Sayang.”

Perkataan Rina benar karena saat itu kami sudah selesai menuruni tangga dan sampai di tembok putih. “Giliranmu, Sayang.”

Kuketuk tembok itu tiga kali dengan tangan kanan, lalu keketuk lagi tembok itu tiga kali memakai tangan kiri. Tembok itu bergeser ke bawah memperlihatkan tangga besi ke atas. Aku melangkah naik, Rina menyusul di belakangku. Tak lama kemudian, kami sampai di depan sebuah pintu baja perak yang tertutup rapat. Rina berdiri sejajar denganku. “Ayo kita buka kombinasi pintu ini dengan tangan kanan bersama.”

Aku dan Rina segera memencet pintu itu enam kali seperti layaknya tombol, lalu terdengar suara jegrek-jegrek, kemudian pintu itu bergeser membuka ke samping kanan lambat-lambat.

Rina segera masuk, begitu pun diriku. Pintu baja perak itu kembali bergeser ke samping kiri menutup, sementara di depan kami tampak sepasang pintu kaca warna putih bening yang segera kami tarik ke dalam. “Selamat datang, Tuan dan Nyonya Bong. Semoga betah di rumah baru ini.”

“Terima kasih, Ai.” kataku dan Rina serempak.

Kami langsung sampai di kamar tidur kami di rumah yang baru. Serba putih, serba eksklusif dengan kamar mandi dalam. Aku meletakkan novel Treasure Island di buffet coklat, sementara Rina seperti biasa langsung masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Kamar ini sudah dingin padahal AC belum kami nyalakan. Ranjang springbed putih yang empuk menggoda lengkap dengan bantal, guling dan selimut tentunya. Kamar ini begitu bersih, tidak hanya begitu bersih tapi sangat bersih. Ada kulkas mini juga di sudut ruangan kamar, bahkan televisi layar datar empat belas inci juga ada, serta terdapat lemari pakaian yang lumayan besar.

Rina keluar dari kamar mandi dengan rambut tergulung ke belakang atas dengan penjepit karet, dia begitu cantik dan segar berseri, lalu dia segera berbaring di ranjang dan terlelap tidur. Aku hanya tersenyum kecut lalu masuk ke kamar mandi, kututup pintu kamar mandi tanpa kukunci. Melihat suasana kamar mandi ini, aku langsung bersiul-siul panjang. Pertama, kamar mandi ini sangat bersih dan begitu wangi. Kedua ada bathtub yang juga sangat bersih dan wangi. Ketiga ada shower yang juga sangat bersih dan wangi. Ada gantungan baju, celana dan handuk. Ada wastafel juga, tersedia pula sikat gigi, pasta gigi serta sabun mandi cair, shampoo, pembersih wajah. Semuanya di kamar mandi bersih, segar, dan wangi. Aku tidak tahan untuk tidak mandi, lalu segera aku mandi dengan shower, sabun mandi cair dan shampoo. Selesai mandi aku segera sikat gigi, terus dengan handuk putih yang ada di gantungan segera kukeringkan tubuh dan rambut, lalu aku segera keluar dari kamar mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun